Peningkatan kemampuan rudal serta penyempurnaan terus dilakukan.
Rudal Merapi dan Rudal Kodok yang merupakan karya anak bangsa (Istimewa) 🚀
Berkaca pada perang Rusia dan Ukraina, rudal nyatanya memiliki peran penting dalam pertahanan dan keamanan negara.
Rudal menjadi bukti kuat digunakannya teknologi perang di abad modern ini sebagai pengganti perang konvensional.
Sebagai catatan, Rusia sudah menembakkan ribuan rudal ke wilayah Ukraina selama peperangan.
Hal itu menunjukkan betapa banyaknya jumlah rudal yang harus dimiliki oleh negara dalam suatu peperangan.
Beberapa negara pun langsung getol mengembangkan rudal, tak terkecuali Indonesia.
Sangat naif rasanya jika Indonesia belum siap memiliki alutsista serupa terlebih mandiri dalam pembuatannya.
Menjawab kebutuhan rudal, Pusat Riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) langsung bergegas.
CIRNOV konsisten mengembangkan rudal kaliber 70 mm bekerja sama dengan PT Dahana, Pustekbang, BRIN (Ex LAPAN), dan juga pihak TNI AD.
Rudal kaliber 70 mm menjadi fokus Tim CIRNOV UAD mengingat aspek vitalnya untuk perang gerilya modern, seperti dikutip dari laman news.uad.ac.id, Kamis (23/11/2023).
Sebegimana diketahui, perang gerilya modern mengharuskan tentara untuk dapat melakukan mobilitas dengan cepat dalam melumpuhkan serangan lawan secara personal.
CIRNOV sendiri telah mengembangkan dua rudal kaliber 70 mm, yakni Rudal Kodok dan Rudal Merapi.
Rudal Kodok (CIRNOV UAD) 🚀
Rudal Kodok merupakan produk riset rudal kaliber 70 mm yang sudah diujitembakkan sejak 2017.
Alat ini didesain untuk dapat menghantam sasaran di darat khususnya kendaraan tempur seperti panser, tank, dan sejenisnya.
Kandungan lokal Rudal Kodok cukup besar yaitu lebih dari 60% dengan melakukan desain sendiri yang disesuaikan kebutuhan pengguna yaitu TNI.
Meski sudah diujitembakkan berkali-kali, butuh uji coba yang konsisten untuk mendapatkan presisi tinggi terhadap sasaran.
Beruntung dengan adanya roket pendorong yang didesain khusus oleh PT Dahana, Rudal Kodok menghasilkan konsistensi yang bagus.
Sehingga, produk riset teknologi tinggi seperti rudal yang terbilang sangat rumit serta kompleks ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Uji tembak kembali dilakukan pada 24–26 November 2022 di Lapangan Tembak, Air Weapon Range (AWR) TNI AU, Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Hasil uji diperoleh trajectory atau lintasan rudal terhadap sasaran berupa lintasan parabola yang mengarah ke area target.
Sebagaimana hasil kalkulasi dan simulasi yang dilakukan secara matang, merujuk sistem yang telah dibuat dengan jarak sasaran dekat dari 1000-3000 m.
Rudal juga masuk Window of Target Area yang dipasang di lapangan tembak.
Pemantauan tembakan dilakukan dengan beberapa teknologi seperti telemetri yang dipasang di rudal, kamera drone, serta beberapa kamera yang dipasang menyorot posisi sasaran rudal.
Keberhasilan peningkatan presisi sasaran tersebut tentu tidak lepas dari peningkatan kinerja QA (quality assurance) yang makin ketat dilakukan termasuk koreksi beberapa komponen, salah satunya peningkatan kekuatan sistem prototipe motor servo.
Canard ini berfungsi mengendalikan rudal dalam mencari sasaran menjadi lebih kuat dan seimbang dengan kecepatan rudal yang mendekati kecepatan suara.
Selanjutnya, peningkatan kemampuan rudal serta penyempurnaan akan terus dilakukan.
Jika Rudal Kodok dikembangkan untuk sasaran di darat, beda halnya dengan Rudal Merapi yang berfokus pada sasaran udara.
Rudal Merapi (UAD) 🚀
Rudal Merapi telah menunjukkan performansinya sebagai roket/peluru yang dikendalikan menggunakan roket pendorong dengan kecepatan awalan penembakan lebih dari 650 km/jam.
Melansir indonesia.go.id, Rudal Merapi bahkan dapat didesain untuk melampaui kecepatan suara (supersonik).
Kecepatan rudal tersebut mampu untuk merontokkan pesawat baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone, juga pesawat sipil.
Salah satu keunggulan produk ranpur ini, beratnya cukup ringan sekitar 10 kg sehingga mudah dibawa ke mana-mana oleh pasukan di lapangan.
Pada aplikasinya, rudal Merapi dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat.
Sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.
Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget, di mana setelah rudal dilepaskan akan mengunci target sasaran secara otomatis.
Dengan begitu, memudahkan para penembak dalam melakukan manuver selanjutnya setelah melesatkan rudal. ***
Rudal Merapi dan Rudal Kodok yang merupakan karya anak bangsa (Istimewa) 🚀
Berkaca pada perang Rusia dan Ukraina, rudal nyatanya memiliki peran penting dalam pertahanan dan keamanan negara.
Rudal menjadi bukti kuat digunakannya teknologi perang di abad modern ini sebagai pengganti perang konvensional.
Sebagai catatan, Rusia sudah menembakkan ribuan rudal ke wilayah Ukraina selama peperangan.
Hal itu menunjukkan betapa banyaknya jumlah rudal yang harus dimiliki oleh negara dalam suatu peperangan.
Beberapa negara pun langsung getol mengembangkan rudal, tak terkecuali Indonesia.
Sangat naif rasanya jika Indonesia belum siap memiliki alutsista serupa terlebih mandiri dalam pembuatannya.
Menjawab kebutuhan rudal, Pusat Riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) langsung bergegas.
CIRNOV konsisten mengembangkan rudal kaliber 70 mm bekerja sama dengan PT Dahana, Pustekbang, BRIN (Ex LAPAN), dan juga pihak TNI AD.
Rudal kaliber 70 mm menjadi fokus Tim CIRNOV UAD mengingat aspek vitalnya untuk perang gerilya modern, seperti dikutip dari laman news.uad.ac.id, Kamis (23/11/2023).
Sebegimana diketahui, perang gerilya modern mengharuskan tentara untuk dapat melakukan mobilitas dengan cepat dalam melumpuhkan serangan lawan secara personal.
CIRNOV sendiri telah mengembangkan dua rudal kaliber 70 mm, yakni Rudal Kodok dan Rudal Merapi.
Rudal Kodok (CIRNOV UAD) 🚀
Rudal Kodok merupakan produk riset rudal kaliber 70 mm yang sudah diujitembakkan sejak 2017.
Alat ini didesain untuk dapat menghantam sasaran di darat khususnya kendaraan tempur seperti panser, tank, dan sejenisnya.
Kandungan lokal Rudal Kodok cukup besar yaitu lebih dari 60% dengan melakukan desain sendiri yang disesuaikan kebutuhan pengguna yaitu TNI.
Meski sudah diujitembakkan berkali-kali, butuh uji coba yang konsisten untuk mendapatkan presisi tinggi terhadap sasaran.
Beruntung dengan adanya roket pendorong yang didesain khusus oleh PT Dahana, Rudal Kodok menghasilkan konsistensi yang bagus.
Sehingga, produk riset teknologi tinggi seperti rudal yang terbilang sangat rumit serta kompleks ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Uji tembak kembali dilakukan pada 24–26 November 2022 di Lapangan Tembak, Air Weapon Range (AWR) TNI AU, Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Hasil uji diperoleh trajectory atau lintasan rudal terhadap sasaran berupa lintasan parabola yang mengarah ke area target.
Sebagaimana hasil kalkulasi dan simulasi yang dilakukan secara matang, merujuk sistem yang telah dibuat dengan jarak sasaran dekat dari 1000-3000 m.
Rudal juga masuk Window of Target Area yang dipasang di lapangan tembak.
Pemantauan tembakan dilakukan dengan beberapa teknologi seperti telemetri yang dipasang di rudal, kamera drone, serta beberapa kamera yang dipasang menyorot posisi sasaran rudal.
Keberhasilan peningkatan presisi sasaran tersebut tentu tidak lepas dari peningkatan kinerja QA (quality assurance) yang makin ketat dilakukan termasuk koreksi beberapa komponen, salah satunya peningkatan kekuatan sistem prototipe motor servo.
Canard ini berfungsi mengendalikan rudal dalam mencari sasaran menjadi lebih kuat dan seimbang dengan kecepatan rudal yang mendekati kecepatan suara.
Selanjutnya, peningkatan kemampuan rudal serta penyempurnaan akan terus dilakukan.
Jika Rudal Kodok dikembangkan untuk sasaran di darat, beda halnya dengan Rudal Merapi yang berfokus pada sasaran udara.
Rudal Merapi (UAD) 🚀
Rudal Merapi telah menunjukkan performansinya sebagai roket/peluru yang dikendalikan menggunakan roket pendorong dengan kecepatan awalan penembakan lebih dari 650 km/jam.
Melansir indonesia.go.id, Rudal Merapi bahkan dapat didesain untuk melampaui kecepatan suara (supersonik).
Kecepatan rudal tersebut mampu untuk merontokkan pesawat baik pesawat tempur, helikoper militer, serta sasaran udara lainnya seperti drone, juga pesawat sipil.
Salah satu keunggulan produk ranpur ini, beratnya cukup ringan sekitar 10 kg sehingga mudah dibawa ke mana-mana oleh pasukan di lapangan.
Pada aplikasinya, rudal Merapi dimasukkan ke dalam tabung peluncur yang membutuhkan canard dan fin-tail yang dapat dilipat.
Sehingga setelah rudal ditembakkan dari peluncur, semua sirip-sirip tersebut akan membuka untuk melakukan fungsi aerodinamiknya menuju sasaran.
Rudal besutan anak bangsa ini juga dilengkapi dengan sistem fire and forget, di mana setelah rudal dilepaskan akan mengunci target sasaran secara otomatis.
Dengan begitu, memudahkan para penembak dalam melakukan manuver selanjutnya setelah melesatkan rudal. ***
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.