⚓️ Perusahaan-perusahaan Perancis membuka kemungkinan kerja sama dengan perusahaan Indonesia. Hal ini perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin. PT PAL menunjukkan kemampuannya membangun kapal selam dalam seminar industri pertahanan Indonesia-Perancis, di Jakarta, Rabu (8/3/2023). [EDNA CAROLINE PATTISINA]
Naval Group yang merupakan produsen kapal selam Scorpene mengajak sebanyak mungkin industri lokal Indonesia untuk bekerja sama. Mereka menargetkan 85 persen dari komponen kapal selam itu berasal dari perusahaan Indonesia.
Hal ini disampaikan Direktur Kerja Sama Internasional dan Ofset Naval Group Claire Legaz dalam presentasinya di acara Bilateral Defense and Security Industry Seminar, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Menurut Claire, Naval Group menawarkan dua kapal selam Scorpene kepada Pemerintah Indonesia. Saat ini, telah ada pembicaraan intensif dengan PT PAL terkait transfer of know how kepada PT PAL.
Selain dengan PT PAL, Claire mengajak keterlibatan industri Indonesia yang lain. Tujuannya agar ada peningkatan konten lokal, ofset, serta imbal dagang. Sesuai dengan UU Industri Pertahanan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) mensyaratkan ada 85 persen yang berasal dari imbal dagang, kandungan lokal, dan ofset.
”Kerja sama ini bisa menguatkan juga perusahaan lokal Indonesia agar bisa mencapai kedaulatan,” katanya.
Claire mengatakan, jika Indonesia jadi membeli Scorpene, pembangunan kapal selam akan dilakukan di galangan kapal PT PAL di Surabaya.
Divisi Kapal Perang di PT PAL Indonesia (Persero), Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/9/2022). PT PAL Indonesia (Persero) merupakan salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia, khususnya untuk matra laut.
Claire mengatakan, ini adalah bentuk kerja sama yang sangat ambisius. Namun, menurut dia, skema yang sama juga dilakukan Naval Group di beberapa negara lain yang membeli kapal.
Brazil's Riachuelo-class (Defesa TV)
Di Brasil, yang membeli empat Scorpene, Naval Group bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam bidang bantuan teknis, infrastruktur, dan torpedo F21. India juga membangun sendiri enam kapal selam Scorpene yang dibelinya dari Naval Group. Sementara Malaysia yang sebelumnya membeli dua Scorpene telah membeli enam kapal korvet Gowind, termasuk fasilitas penunjangnya.
Kepala Divisi Transfer Teknologi dan Ofset Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Yono Reksoprodjo mengatakan, hingga saat ini anggaran pembelian alutsista dari luar negeri masih lebih besar dari dalam negeri. Hal ini menjadi kesempatan bagi para produsen alutsista luar negeri untuk mendapat pasar.
Yono mengharapkan para produsen dari luar negeri itu tidak melihat penjualan alutsista ke Indonesia sebagai proyek jangka pendek. Pasalnya, pemerintah mengharapkan ada kerja sama jangka panjang. Menurut Yono, belum semua industri pertahanan asing, terutama di tingkat 2 dan 3, paham tentang berbagai kesempatan bagi mereka untuk kerja sama dengan industri lokal.
Keterlibatan UMKM
Dalam ajang yang diadakan oleh Kedutaan Besar Perancis di Indonesia ini, hadir 23 perusahaan pertahanan dan keamanan dari Perancis. Sekitar dari 60 persennya adalah usaha mikro, kecil, dan menengah. Mereka memaparkan berbagai teknologi.
Perusahaan Exail, misalnya, memaparkan produk kendaraan bawah air nirawak dan sistem antiranjau di laut. Demikian juga RTSYS memaparkan produk kendaraan bawah air nirawak untuk menjinakkan ranjau. Manajer Penjualan RTSYS Maxime Velu mengatakan, pihaknya terbuka untuk kerja sama dengan perusahan-perusahaan Indonesia, misalnya terkait penggunaan produk lokal seperti baterai dan rangka luar kapal nirawaknya.
Perusahaan lain, seperti Cerbair, menyediakan alat-alat antidrone. Perusahaan yang berdiri tahun 2015 ini telah memiliki 28 pembeli dari 13 negara. Cristophe Geopfert dari Cerbair mengatakan, klien mereka memasang alat antidrone itu di 9 pangkalan militer, 4 kementerian pertahanan, 34 penjara, dan 2 infrastruktur kritis.
Jan Pieter Ate dari Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional mengatakan, ajang seperti ini sangat penting. Perlu ditemukan model-model kerja sama antara perusahaan swasta di Indonesia dan asing. Hal ini tentunya terkait juga dengan beberapa hal, seperti skala ekonomi dan kemampuan industri di Indonesia.
Naval Group yang merupakan produsen kapal selam Scorpene mengajak sebanyak mungkin industri lokal Indonesia untuk bekerja sama. Mereka menargetkan 85 persen dari komponen kapal selam itu berasal dari perusahaan Indonesia.
Hal ini disampaikan Direktur Kerja Sama Internasional dan Ofset Naval Group Claire Legaz dalam presentasinya di acara Bilateral Defense and Security Industry Seminar, di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Menurut Claire, Naval Group menawarkan dua kapal selam Scorpene kepada Pemerintah Indonesia. Saat ini, telah ada pembicaraan intensif dengan PT PAL terkait transfer of know how kepada PT PAL.
Selain dengan PT PAL, Claire mengajak keterlibatan industri Indonesia yang lain. Tujuannya agar ada peningkatan konten lokal, ofset, serta imbal dagang. Sesuai dengan UU Industri Pertahanan, pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) mensyaratkan ada 85 persen yang berasal dari imbal dagang, kandungan lokal, dan ofset.
”Kerja sama ini bisa menguatkan juga perusahaan lokal Indonesia agar bisa mencapai kedaulatan,” katanya.
Claire mengatakan, jika Indonesia jadi membeli Scorpene, pembangunan kapal selam akan dilakukan di galangan kapal PT PAL di Surabaya.
Divisi Kapal Perang di PT PAL Indonesia (Persero), Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/9/2022). PT PAL Indonesia (Persero) merupakan salah satu industri strategis yang memproduksi alat utama sistem pertahanan Indonesia, khususnya untuk matra laut.
Claire mengatakan, ini adalah bentuk kerja sama yang sangat ambisius. Namun, menurut dia, skema yang sama juga dilakukan Naval Group di beberapa negara lain yang membeli kapal.
Brazil's Riachuelo-class (Defesa TV)
Di Brasil, yang membeli empat Scorpene, Naval Group bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam bidang bantuan teknis, infrastruktur, dan torpedo F21. India juga membangun sendiri enam kapal selam Scorpene yang dibelinya dari Naval Group. Sementara Malaysia yang sebelumnya membeli dua Scorpene telah membeli enam kapal korvet Gowind, termasuk fasilitas penunjangnya.
Kepala Divisi Transfer Teknologi dan Ofset Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Yono Reksoprodjo mengatakan, hingga saat ini anggaran pembelian alutsista dari luar negeri masih lebih besar dari dalam negeri. Hal ini menjadi kesempatan bagi para produsen alutsista luar negeri untuk mendapat pasar.
Yono mengharapkan para produsen dari luar negeri itu tidak melihat penjualan alutsista ke Indonesia sebagai proyek jangka pendek. Pasalnya, pemerintah mengharapkan ada kerja sama jangka panjang. Menurut Yono, belum semua industri pertahanan asing, terutama di tingkat 2 dan 3, paham tentang berbagai kesempatan bagi mereka untuk kerja sama dengan industri lokal.
Keterlibatan UMKM
Dalam ajang yang diadakan oleh Kedutaan Besar Perancis di Indonesia ini, hadir 23 perusahaan pertahanan dan keamanan dari Perancis. Sekitar dari 60 persennya adalah usaha mikro, kecil, dan menengah. Mereka memaparkan berbagai teknologi.
Perusahaan Exail, misalnya, memaparkan produk kendaraan bawah air nirawak dan sistem antiranjau di laut. Demikian juga RTSYS memaparkan produk kendaraan bawah air nirawak untuk menjinakkan ranjau. Manajer Penjualan RTSYS Maxime Velu mengatakan, pihaknya terbuka untuk kerja sama dengan perusahan-perusahaan Indonesia, misalnya terkait penggunaan produk lokal seperti baterai dan rangka luar kapal nirawaknya.
Perusahaan lain, seperti Cerbair, menyediakan alat-alat antidrone. Perusahaan yang berdiri tahun 2015 ini telah memiliki 28 pembeli dari 13 negara. Cristophe Geopfert dari Cerbair mengatakan, klien mereka memasang alat antidrone itu di 9 pangkalan militer, 4 kementerian pertahanan, 34 penjara, dan 2 infrastruktur kritis.
Jan Pieter Ate dari Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional mengatakan, ajang seperti ini sangat penting. Perlu ditemukan model-model kerja sama antara perusahaan swasta di Indonesia dan asing. Hal ini tentunya terkait juga dengan beberapa hal, seperti skala ekonomi dan kemampuan industri di Indonesia.
⚓️ Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.