Tekankan After-Sales Service dan Transfer of Technology (ToT)
(Thales UK) ★
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI melakukan kunjungan langsung ke kantor pusat Thales UK di Bristol Business Park, Coldharbour Lane, Stoke Gifford, Bristol, pada Senin (27/2); dan bertemu langsung dengan Managing Director Thales UK, Philip McBride.
Selain memaparkan progress dari kontrak yang telah disepakati antara Indonesia (c.q Kementerian Pertahanan RI/Kemhan RI) dengan Thales UK, pihak manajemen Thales UK juga memaparkan tentang berbagai produk pertahanan yang mereka hasilkan.
“Bagi pihak Kemhan, yang terpenting dari proses pengadaan ini adalah after-sales service dan penekanan ulang tentang arti penting dari Transfer of Technology,” ujar Wamenhan M. Herindra saat merespons pemaparan yang dilakukan oleh manajemen Thales UK.
Kepada Wamenhan, pihak Thales memastikan komitmen mereka.
Penegasan Wamenhan terkait mekanisme after-sales service (layanan purna jual) ini mengingat bahwa rencana penggunaan alutsista bukanlah dalam kurun waktu yang singkat, melainkan untuk jangka panjang; sehingga, “Sangat diharapkan Thales dapat menjamin maintenance, training dan upgrade dari alutsista yang dibeli oleh pihak Indonesia.”
Adapun arti penting ToT tidak terlepas dari harapan Indonesia bahwa Thales dapat bekerja sama dengan industri pertahanan (indhan) lokal, sehingga aktivitas impor yang dilakukan oleh Indonesia akan berimplikasi positif dari sekedar pembelanjaan semata.
“Industri Pertahanan Indonesia saat ini telah mampu bertumbuh dan menghasilkan produk dan komponen alutsista. Beberapa dari produk-produk dan komponen tersebut bahkan sudah di ekspor ke beberapa negara”, ujar Wamenhan M. Herindra.
Upaya untuk semakin memajukan indhan nasional Indonesia ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mengubah mindset bahwasannya alokasi anggaran untuk alutsista bukan lagi menjadi “belanja pertahanan”, melainkan menjadi ‘”investasi pertahanan”.
“Karenanya, saya tidak ragu untuk mengundang manajemen Thales untuk juga berinvestasi di Indonesia melalui kemitraan dengan BUMN sektor pertahanan yang kami miliki,” lanjut Wamenhan.
Indonesia sendiri memiliki tujuh BUMN strategis (BUMNIS) sektor pertahanan, yaitu PT Pindad (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia/PTDI (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Inti (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), serta PT Dahana (Persero). Adapun PT Nusantara Turbin dan Propulsi (PT NTP) adalah anak perusahaan dari PTDI.
Pelibatan sektor swasta menjadi kebijakan strategis yang akan memicu pergerakan roda industri pertahanan.
“Secara domestik, kami (Indonesia) berharap untuk dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan alat pertahanan dan keamanan; terbentuknya kemitraan dengan asing tentu akan membuka lebih luas lagi peluang kami untuk masuk dan bersaing dalam pasar dunia, dalam rantai pasok global,” tegas Wamenhan M. Herindra.
Usai pemaparan progress dari Kontrak Pengadaan, Wamenhan M. Herindra juga berkesempatan melakukan factory visit dan mendapat penjelasan langsung dari Lyle Creighton, selaku Head of Tehnical Directorate dari Thales UK, terkait produk-produk buatan Thales, termasuk NLAW missile – atau Next generation Light Anti-tank Weapon. (Biro Humas Setjen Kemhan)
(Thales UK) ★
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI melakukan kunjungan langsung ke kantor pusat Thales UK di Bristol Business Park, Coldharbour Lane, Stoke Gifford, Bristol, pada Senin (27/2); dan bertemu langsung dengan Managing Director Thales UK, Philip McBride.
Selain memaparkan progress dari kontrak yang telah disepakati antara Indonesia (c.q Kementerian Pertahanan RI/Kemhan RI) dengan Thales UK, pihak manajemen Thales UK juga memaparkan tentang berbagai produk pertahanan yang mereka hasilkan.
“Bagi pihak Kemhan, yang terpenting dari proses pengadaan ini adalah after-sales service dan penekanan ulang tentang arti penting dari Transfer of Technology,” ujar Wamenhan M. Herindra saat merespons pemaparan yang dilakukan oleh manajemen Thales UK.
Kepada Wamenhan, pihak Thales memastikan komitmen mereka.
Penegasan Wamenhan terkait mekanisme after-sales service (layanan purna jual) ini mengingat bahwa rencana penggunaan alutsista bukanlah dalam kurun waktu yang singkat, melainkan untuk jangka panjang; sehingga, “Sangat diharapkan Thales dapat menjamin maintenance, training dan upgrade dari alutsista yang dibeli oleh pihak Indonesia.”
Adapun arti penting ToT tidak terlepas dari harapan Indonesia bahwa Thales dapat bekerja sama dengan industri pertahanan (indhan) lokal, sehingga aktivitas impor yang dilakukan oleh Indonesia akan berimplikasi positif dari sekedar pembelanjaan semata.
“Industri Pertahanan Indonesia saat ini telah mampu bertumbuh dan menghasilkan produk dan komponen alutsista. Beberapa dari produk-produk dan komponen tersebut bahkan sudah di ekspor ke beberapa negara”, ujar Wamenhan M. Herindra.
Upaya untuk semakin memajukan indhan nasional Indonesia ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mengubah mindset bahwasannya alokasi anggaran untuk alutsista bukan lagi menjadi “belanja pertahanan”, melainkan menjadi ‘”investasi pertahanan”.
“Karenanya, saya tidak ragu untuk mengundang manajemen Thales untuk juga berinvestasi di Indonesia melalui kemitraan dengan BUMN sektor pertahanan yang kami miliki,” lanjut Wamenhan.
Indonesia sendiri memiliki tujuh BUMN strategis (BUMNIS) sektor pertahanan, yaitu PT Pindad (Persero), PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia/PTDI (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Inti (Persero), PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), serta PT Dahana (Persero). Adapun PT Nusantara Turbin dan Propulsi (PT NTP) adalah anak perusahaan dari PTDI.
Pelibatan sektor swasta menjadi kebijakan strategis yang akan memicu pergerakan roda industri pertahanan.
“Secara domestik, kami (Indonesia) berharap untuk dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan alat pertahanan dan keamanan; terbentuknya kemitraan dengan asing tentu akan membuka lebih luas lagi peluang kami untuk masuk dan bersaing dalam pasar dunia, dalam rantai pasok global,” tegas Wamenhan M. Herindra.
Usai pemaparan progress dari Kontrak Pengadaan, Wamenhan M. Herindra juga berkesempatan melakukan factory visit dan mendapat penjelasan langsung dari Lyle Creighton, selaku Head of Tehnical Directorate dari Thales UK, terkait produk-produk buatan Thales, termasuk NLAW missile – atau Next generation Light Anti-tank Weapon. (Biro Humas Setjen Kemhan)
★ Kemhan
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.