Rusia Kembali Tawarkan Kerja Sama Nuklir Ilustrasi PLTN ★
Demi mempersiapkan tenaga ahli dari Indonesia, pemerintah Rusia siap mengundang para pemuda Indonesia untuk mempelajari teknologi nuklir di berbagai perguruan tinggi di Rusia. Demikian hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Nikolay Vasilievich Fyodorov kepada Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (15/3).
Fyodorov berpendapat, kerja sama di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Selain memberikan program pendidikan teknologi nuklir bagi para pemuda Indonesia, ia mengaku bahwa negaranya pun siap menurunkan para tenaga ahli dari Rusia demi mendukung pembangunan PLTN di Indonesia.
Menanggapi tawaran tersebut, wapres menerangkan bahwa saat ini pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi dan energi terbarukan, seperti air dan panas bumi. Sementara, PLTN belum menjadi prioritas, bahkan menjadi alternatif terakhir.
“Pembangkit listrik banyak dibutuhkan di Pulau Jawa. Namun, jika PLTN dibangun di Pulau Jawa maka akan lebih membahayakan karena pulau ini rawan gempa bumi. Kami belajar dari Jepang yang pernah mengalami hal tersebut ketika gempa terjadi,” kata Jusuf Kalla seperti yang dikutip oleh situs resmi Wakil Presiden Indonesia.
“Di Kalimantan memang cukup aman. Namun untuk membangun PLTN banyak membutuhkan transmisi. Jadi, PLTN merupakan alternatif yang paling terakhir untuk dipertimbangkan,” katanya menambahkan.
Fyodorov beserta delegasi Rusia lainnya menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Jakarta, untuk membahas mengenai peningkatan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, pendidikan, pariwisata, dan energi.
Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla menyatakan dukungannya pada penguatan kerja sama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Rusia.
Rusia sejak lama telah menaruh perhatian pada Indonesia untuk melaksanakan proyek-proyek di bidang energi nuklir dan mengharapkan adanya peningkatan pesanan dalam pembangunan PLTN di Indonesia.
Pada akhir Juni 2015 lalu, Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman terkait pengembangan penggunaan energi nuklir secara damai dengan Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom dalam konferensi ATOMEXPO 2015 di Moskow. Tiga bulan kemudian, ilmuwan nuklir Indonesia dan Rusia menandatangani nota kesepakatan terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia.
Saat ini, Indonesia belum memiliki satu unit PLTN sekalipun. Namun demikian, isu pembuatan PLTN secara aktif telah dikaji oleh Pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mendukung pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Wakil Direktur Jenderal Isu Pengembangan Perusahaan dan Bisnis Internasional, Rosatom Kirill Komarov, menyatakan bahwa masa depan energi dunia ada pada nuklir.
“Perkembangan energi selalu melibatkan energi nuklir,” terangnya.
Demi mempersiapkan tenaga ahli dari Indonesia, pemerintah Rusia siap mengundang para pemuda Indonesia untuk mempelajari teknologi nuklir di berbagai perguruan tinggi di Rusia. Demikian hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Nikolay Vasilievich Fyodorov kepada Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa (15/3).
Fyodorov berpendapat, kerja sama di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Selain memberikan program pendidikan teknologi nuklir bagi para pemuda Indonesia, ia mengaku bahwa negaranya pun siap menurunkan para tenaga ahli dari Rusia demi mendukung pembangunan PLTN di Indonesia.
Menanggapi tawaran tersebut, wapres menerangkan bahwa saat ini pembangkit listrik di Indonesia masih menggunakan energi dan energi terbarukan, seperti air dan panas bumi. Sementara, PLTN belum menjadi prioritas, bahkan menjadi alternatif terakhir.
“Pembangkit listrik banyak dibutuhkan di Pulau Jawa. Namun, jika PLTN dibangun di Pulau Jawa maka akan lebih membahayakan karena pulau ini rawan gempa bumi. Kami belajar dari Jepang yang pernah mengalami hal tersebut ketika gempa terjadi,” kata Jusuf Kalla seperti yang dikutip oleh situs resmi Wakil Presiden Indonesia.
“Di Kalimantan memang cukup aman. Namun untuk membangun PLTN banyak membutuhkan transmisi. Jadi, PLTN merupakan alternatif yang paling terakhir untuk dipertimbangkan,” katanya menambahkan.
Fyodorov beserta delegasi Rusia lainnya menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Jakarta, untuk membahas mengenai peningkatan kerja sama di bidang perdagangan, investasi, pendidikan, pariwisata, dan energi.
Pada kesempatan itu, Jusuf Kalla menyatakan dukungannya pada penguatan kerja sama bilateral antara pemerintah Indonesia dan Rusia.
Rusia sejak lama telah menaruh perhatian pada Indonesia untuk melaksanakan proyek-proyek di bidang energi nuklir dan mengharapkan adanya peningkatan pesanan dalam pembangunan PLTN di Indonesia.
Pada akhir Juni 2015 lalu, Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman terkait pengembangan penggunaan energi nuklir secara damai dengan Perusahaan Energi Nuklir Negara Rusia Rosatom dalam konferensi ATOMEXPO 2015 di Moskow. Tiga bulan kemudian, ilmuwan nuklir Indonesia dan Rusia menandatangani nota kesepakatan terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia.
Saat ini, Indonesia belum memiliki satu unit PLTN sekalipun. Namun demikian, isu pembuatan PLTN secara aktif telah dikaji oleh Pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997. Pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mendukung pengembangan energi nuklir di Indonesia.
Wakil Direktur Jenderal Isu Pengembangan Perusahaan dan Bisnis Internasional, Rosatom Kirill Komarov, menyatakan bahwa masa depan energi dunia ada pada nuklir.
“Perkembangan energi selalu melibatkan energi nuklir,” terangnya.
♞ rbth
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.