KOMPAS.com - Medio Desember 2010, Bah Ateng (70) dan para tetangga dikejutkan dengan retakan tanah yang memotong jalan di bawah bendungan Pusat Listrik Tenaga Air Cirata, Jawa Barat. "Kejadiannya sekitar pukul 22.00. Parit di bawah tebing putus," kata tukang tambal ban yang membangun kios di jalan Desa Cadasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta.
Retakan sepanjang 5-15 cm itu terjadi di beberapa tempat sehingga ruas jalan bergelombang karena sebagian badan jalan anjlok. Menurut Asdani Soehaemi, peneliti pada Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, kegempaan mikro di daerah ini umumnya dangkal (kurang dari 10 kilometer). Ini berhubungan erat dengan pengaktifan kembali patahan bermekanisme gerak patahan naik, geser, dan turun.
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata dan Saguling di hulu, serta PLTA Jatiluhur di hilir yang sama-sama menampung aliran Sungai Citarum terletak pada lajur patahan aktif.
Hasil penelitian Puslitbang Geologi, kondisi ini berpeluang menimbulkan gempa bumi berkekuatan 7 Ms (Magnitude surface, identik dengan skala Richter/SR) dalam selang waktu 80 tahun. "Pemantauan kegempaan secara periodik perlu dilakukan," kata Asdani, akhir Juni.
Berdasarkan sejarah gempa, di lajur Padalarang (antara Saguling dan Cirata) pernah terjadi gempa tahun 1910. Tanggal 27 September dan 9 Oktober 1985, terjadi lagi gempa di kawasan ini dan terasa di Bandung berukuran 2-3 MMI. Pada 15 April 2005, terjadi lagi gempa di Gunung Halu, selatan Saguling, berkekuatan 4,3 SR dengan kedalaman 5 kilometer. Gempa ini merusak rumah penduduk.
Tanggal 9 April 2007, terjadi gempa yang berpusat di tepi pantai Subang, sekitar 70 km utara Jatiluhur. Walau berkekuatan 7 SR, karena pusat gempa terletak 286 kilometer di bawah laut, getarannya hanya mengagetkan Jakarta.
Kegempaan di daerah aliran Sungai Citarum perlu diwaspadai, mengingat di wilayah ini ada obyek vital Waduk Saguling (kapasitas 700-1.400 megawatt/MW), Waduk Cirata (1.008 MW), dan Jatiluhur (187 MW). Ketiga PLTA itu memasok listrik untuk jaringan interkoneksi Pulau Jawa-Bali.(Dedi Muhtadi)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.