Rudal Merapi Uji Tembak Embrio Rudal Panggul Buatan Anak Bangsa (5−6 November 2020) di Lapangan Tembak Air Weapon Range, Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur. ★
Rancang bangun Rudal Merapi yang telah dilakukan sejak 2018 hasil kerja sama antara Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan darat (Dislitbangad) dan Pusat Riset Cirnov Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah memasuki tahap uji tembak menggunakan peluncur dari tabung yang nantinya akan menjadi rudal dan dapat dipanggul untuk sasaran pesawat terbang. Uji tembak telah dilaksanakan pada 5−6 November 2020 di Lapangan Tembak Air Weapon Range, Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur.
Rudal sukses membuka sirip-siripnya setelah keluar dari tabung peluncur, selanjutnya menuju sasaran yang dibawa drone. Uji tembak disaksikan oleh pejabat Dislitbangad Ses, Kasubdis Iptek, Kasubdis Insani, Ketua Program, dan staf lain, juga tim dari Cirnov, Pustekbang Lapan, Poltekad Kodiklat TNI AD, serta mitra dari PT Adi Multi Teknologi.
Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Hariyadi, Kepala Cirnov sekaligus Ketua Tim Konsultan program pembuatan Rudal Merapi, rudal kaliber 70 mm tersebut dikenal sebagai rudal yang cukup mematikan bagi sasaran udara seperti jet tempur, helikopter, drone dan lan-lain.
Rudal Panggul (Manpads – Man Portable Air Defense Systems) telah digunakan sejak lama sebagai senjata personal untuk melawan pesawat udara seperti yang digunakan oleh pejuang Mujahidin Afghanistan untuk mengalahkan tentara Uni Soviet pada tahun 1980-an. Juga pada perang modern setelahnya seperti di Chechnya, Irak, Suriah, dan lain-lain.
Sebagai embrio rudal panggul, Rudal Merapi telah didesain dan diuji menggunakan teknologi sirip depan (canard) dan sirip belakang (fin) yang dapat dilipat sehingga dapat masuk di dalam tabung peluncur. Selanjutnya, tabung peluncur berisi rudal ini dapat dibawa ke mana-mana (portable) oleh tentara yang sewaktu-waktu dapat ditembakkan dengan kecepatan melebihi kecepatan suara.
Rudal Merapi buatan Dislitbangad dan Cirnov memiliki berat total sekitar 10 kg sehingga relatif ringan untuk menjadi senjata personal TNI yang nantinya dapat dioperasikan tanpa bantuan personal lain, selain mudah dalam pengoperasiannya.
Rudal dilengkapi dengan sistem seeker (penjejak) berbasis sinar infra merah sehingga memungkinkan dapat mengunci sasaran yang mengeluarkan radiasi sinar tersebut seperti pesawat terbang, helikopter, roket, kemudian secara cepat rudal akan mengejar untuk menghantamnya atau meledakkan diri sewaktu mendekati sasaran yang dibidik.
Jenis rudal panggul tersebut merupakan karya pertama buatan anak bangsa Indonesia. Selain pencapaian spektakuler, pembuatan rudal kaliber ini sudah diuji tembakan tiap tahun. Pembuatan rudal seluruhnya dilakukan oleh anak bangsa serta kemandirian kandungan lokal yang cukup tinggi.
Senjata tersebut diharapkan dapat digunakan oleh TNI secara masif baik untuk keperluan perang gerilya maupun perang terbuka dalam menjaga kedaulatan serta martabat bangsa Indonesia, demikian kata Prof. Hariyadi. (doc)
Rancang bangun Rudal Merapi yang telah dilakukan sejak 2018 hasil kerja sama antara Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan darat (Dislitbangad) dan Pusat Riset Cirnov Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah memasuki tahap uji tembak menggunakan peluncur dari tabung yang nantinya akan menjadi rudal dan dapat dipanggul untuk sasaran pesawat terbang. Uji tembak telah dilaksanakan pada 5−6 November 2020 di Lapangan Tembak Air Weapon Range, Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur.
Rudal sukses membuka sirip-siripnya setelah keluar dari tabung peluncur, selanjutnya menuju sasaran yang dibawa drone. Uji tembak disaksikan oleh pejabat Dislitbangad Ses, Kasubdis Iptek, Kasubdis Insani, Ketua Program, dan staf lain, juga tim dari Cirnov, Pustekbang Lapan, Poltekad Kodiklat TNI AD, serta mitra dari PT Adi Multi Teknologi.
Sebagaimana disampaikan oleh Prof. Hariyadi, Kepala Cirnov sekaligus Ketua Tim Konsultan program pembuatan Rudal Merapi, rudal kaliber 70 mm tersebut dikenal sebagai rudal yang cukup mematikan bagi sasaran udara seperti jet tempur, helikopter, drone dan lan-lain.
Rudal Panggul (Manpads – Man Portable Air Defense Systems) telah digunakan sejak lama sebagai senjata personal untuk melawan pesawat udara seperti yang digunakan oleh pejuang Mujahidin Afghanistan untuk mengalahkan tentara Uni Soviet pada tahun 1980-an. Juga pada perang modern setelahnya seperti di Chechnya, Irak, Suriah, dan lain-lain.
Sebagai embrio rudal panggul, Rudal Merapi telah didesain dan diuji menggunakan teknologi sirip depan (canard) dan sirip belakang (fin) yang dapat dilipat sehingga dapat masuk di dalam tabung peluncur. Selanjutnya, tabung peluncur berisi rudal ini dapat dibawa ke mana-mana (portable) oleh tentara yang sewaktu-waktu dapat ditembakkan dengan kecepatan melebihi kecepatan suara.
Rudal Merapi buatan Dislitbangad dan Cirnov memiliki berat total sekitar 10 kg sehingga relatif ringan untuk menjadi senjata personal TNI yang nantinya dapat dioperasikan tanpa bantuan personal lain, selain mudah dalam pengoperasiannya.
Rudal dilengkapi dengan sistem seeker (penjejak) berbasis sinar infra merah sehingga memungkinkan dapat mengunci sasaran yang mengeluarkan radiasi sinar tersebut seperti pesawat terbang, helikopter, roket, kemudian secara cepat rudal akan mengejar untuk menghantamnya atau meledakkan diri sewaktu mendekati sasaran yang dibidik.
Jenis rudal panggul tersebut merupakan karya pertama buatan anak bangsa Indonesia. Selain pencapaian spektakuler, pembuatan rudal kaliber ini sudah diuji tembakan tiap tahun. Pembuatan rudal seluruhnya dilakukan oleh anak bangsa serta kemandirian kandungan lokal yang cukup tinggi.
Senjata tersebut diharapkan dapat digunakan oleh TNI secara masif baik untuk keperluan perang gerilya maupun perang terbuka dalam menjaga kedaulatan serta martabat bangsa Indonesia, demikian kata Prof. Hariyadi. (doc)
♞ UAD
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.