💡Kapasitas 1 GWp.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menunjukkan produk modul panel surya yang diproduksi menggunakan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) dengan menghasilkan efisiensi mencapai 23,2 persen. (Dok. PLN Indonesia Power)
PLN Indonesia Power (PLN IP) meluncurkan pabrik panel surya terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia.
Pabrik yang berlokasi di Kendal, Jawa Tengah ini memiliki kapasitas produksi mencapai 1 gigawatt peak (GWp).
Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, mengatakan, pabrik panel surya tersebut dibangun oleh perusahaan patungan anak usaha PLN IP, yakni PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI).
TMAI dimiliki oleh PLN IP Renewables bersama Trina Solar Co.Ltd dan PT Dian Swastatika Sentosa.
Ia menuturkan bahwa pabrik yang dibangun di atas lahan 7 hektar di Kawasan Industri Kendal tersebut dapat memproduksi modul panel surya terintegrasi dengan teknologi mutakhir, yaitu teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon).
Dengan teknologi baru itu, efisiensi panel surya bisa mencapai 23,2 persen, sementara rata-rata efisiensi saat ini di Indonesia berkisar 20 persen.
"Pabrik ini dikembangkan bersama dengan perusahaan tier-1 industri solar panel dunia dan diharapkan mampu memenuhi permintaan pengembangan energi terbarukan di Indonesia," ujar Edwin dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).
Menurutnya, dengan produk yang dihasilkan lebih efisien dan memiliki keandalan tinggi, pembangunan pabrik solar ini menjadi bukti keseriusan perusahaan dalam mengembangkan industri energi baru terbarukan (EBT).
Edwin mengatakan bahwa dengan potensi energi surya di Indonesia yang mencapai 207 gigawatt (GW), kehadiran pabrik solar ini akan mengoptimalkan pemanfaatan energi surya untuk sektor kelistrikan di Tanah Air.
"Saat ini kapasitas produksi pabrik sebesar 1 GWp, dan akan dikembangkan sampai dengan 3 GWp. Dengan demikian, komponen PLTS akan semakin mudah didapat," kata dia.
Selain itu, lanjut Edwin, pabrik solar panel ini akan membawa dampak ganda, sebab dapat mendukung transisi energi sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Artinya, tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga perekonomian masyarakat.
Kehadiran pabrik ini juga mendukung program pemerintah dalam meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
Lantaran, produksi dari pabrik solar ini dapat mengurangi ketergantungan impor komponen dalam industri energi Tanah Air.
"Dengan TKDN yang tinggi, maka dapat meningkatkan kemandirian sektor industri, terutama di bidang energi terbarukan di Tanah Air," ucap Edwin.
Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menunjukkan produk modul panel surya yang diproduksi menggunakan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) dengan menghasilkan efisiensi mencapai 23,2 persen. (Dok. PLN Indonesia Power)
PLN Indonesia Power (PLN IP) meluncurkan pabrik panel surya terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia.
Pabrik yang berlokasi di Kendal, Jawa Tengah ini memiliki kapasitas produksi mencapai 1 gigawatt peak (GWp).
Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, mengatakan, pabrik panel surya tersebut dibangun oleh perusahaan patungan anak usaha PLN IP, yakni PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI).
TMAI dimiliki oleh PLN IP Renewables bersama Trina Solar Co.Ltd dan PT Dian Swastatika Sentosa.
Ia menuturkan bahwa pabrik yang dibangun di atas lahan 7 hektar di Kawasan Industri Kendal tersebut dapat memproduksi modul panel surya terintegrasi dengan teknologi mutakhir, yaitu teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon).
Dengan teknologi baru itu, efisiensi panel surya bisa mencapai 23,2 persen, sementara rata-rata efisiensi saat ini di Indonesia berkisar 20 persen.
"Pabrik ini dikembangkan bersama dengan perusahaan tier-1 industri solar panel dunia dan diharapkan mampu memenuhi permintaan pengembangan energi terbarukan di Indonesia," ujar Edwin dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).
Menurutnya, dengan produk yang dihasilkan lebih efisien dan memiliki keandalan tinggi, pembangunan pabrik solar ini menjadi bukti keseriusan perusahaan dalam mengembangkan industri energi baru terbarukan (EBT).
Edwin mengatakan bahwa dengan potensi energi surya di Indonesia yang mencapai 207 gigawatt (GW), kehadiran pabrik solar ini akan mengoptimalkan pemanfaatan energi surya untuk sektor kelistrikan di Tanah Air.
"Saat ini kapasitas produksi pabrik sebesar 1 GWp, dan akan dikembangkan sampai dengan 3 GWp. Dengan demikian, komponen PLTS akan semakin mudah didapat," kata dia.
Selain itu, lanjut Edwin, pabrik solar panel ini akan membawa dampak ganda, sebab dapat mendukung transisi energi sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Artinya, tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga perekonomian masyarakat.
Kehadiran pabrik ini juga mendukung program pemerintah dalam meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
Lantaran, produksi dari pabrik solar ini dapat mengurangi ketergantungan impor komponen dalam industri energi Tanah Air.
"Dengan TKDN yang tinggi, maka dapat meningkatkan kemandirian sektor industri, terutama di bidang energi terbarukan di Tanah Air," ucap Edwin.
💡 Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.