22 Desember 2009
Bogor- Berawal dari pengamatannya terhadap ribuan hektar tanah yang memulai menghitam 10 tahun yang lalu di daerah Dumai. Dwi Andreas Santosa, Direktur Eksekutif Indonesian Center for Biodiversity dan Biotechnology berhasil mengembangkan teknik bioremediasi,yaitu sebuah cara alternatif dalam mengolah limbah menggunakan bakteri biologis. Bakteri-bakteri itu dimanfaatkan untuk memacu proses penguraian limbah.
Pada 2000, Dwi mulai menguji cobakan bakteri Bacillus Sp, untuk mengurai limbah minyak tersebut. Jenis bakteri ini yang kemudian dilabeli sebagai ICBB 7859. Berlokasi di Dumai, Bacillus Sp, ICBB 7859, sebagai bahan baku bioremediasi, disebar pada 1 hektare tanah tercemar, dengan kedalaman tanah setebal 20 sentimeter itu. Hasilnya, sebanyak 3.000-4.000 ton tanah yang semula ganas dan beracun menjadi jinak, stabil dan ramah lingkungan.
Prosesnya memang tidak secepat remediasi lewat reaksi fisika (bakar) ataupun kimia. Namun, Dwi menuturkan, dalam sepekan, teknik bioremediasi ini mampu mereduksi konsentrasi limbah minyak dari 100 ribu ppm menjadi 22,30 ppm. Pada pekan ketiga, jika proses dibiarkan terus, konsentrasi limbah beracun sudah menurun hingga 2,93 ppm. Sisanya dianggap residu yang aman bagi lingkungan.
Komponen residu ini patut digarisbawahi karena teknik remediasi secara fisika dan kimia, meski lebih cepat, tak mampu berujung pada residu yang sama. Kedua teknik itu biasanya tidak mampu bekerja sampai tuntas karena masih menyisakan limbah yang bahkan bisa lebih pekat.Selain itu faktor biaya menjadi pertimbangan pemilihan bioremediasi ini. Biaya operasional pengolahan limbah ini menghemat 25 persen sampai 50 persen dibandingkan dengan teknik lain. dari berbagai sumber)
• technologyindonesia
Purnarupa P8 Light Tank SSE
-
*D*ari website X robe_1807 diposkan purnarupa kendaraan militer terbaru
produksi perusahaan swasta PT SSE (Sentra Surya Ekajaya) di Tangerang,
Banten.
R...
3 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.