Pekerja mengontrol produk baja batangan (billet steel) di sebuah industri baja di Cilegon, Banten, Kamis (7/2). Akibat pengaruh resesi pertumbuhan konsumsi baja dunia tahun 2013 diprediksi melorot tajam hingga di bawah 4 persen akibat stagnasi pembangunan fisik di negara-negara Eropa dan Amerika. Sementara di Indonesia ditaksir terjadi pertumbuhan konsumsi baja paling tinggi dunia sebesar 7-8 persen yang akan jadi rebutan para produsen baja dunia. Foto: Investor Daily/ ANTARA/Asep Fathulrahman/Koz/nz/13
JAKARTA | Indonesia berpotensi menjadi negara dengan produksi besi dan baja terbesar di kawasan regional sejalan pertumbuhan ekonomi nasional yang akan mendorong peningkatan konsumsi besi baja.
"Saat ini konsumsi besi baja Indonesia baru mencapai 10,95 juta, atau peringkat kedua terbesar di ASEAN," kata Direktur Messe Dusseldorf Asia, Gernot Ringling, saat memberikan paparan Pameran Internasional Logam dan Baja, 20-23 Februari 2013, di Jakarta, Senin.
Menurut Ringling, permintaan terhadap besi baja di Indonesia akan terus meningkat menyusul program konektivitas infrastruktur tahun 2025, meliputi pembangunan jalan, pelabuhan laut, bandara, jalan kereta api, pembangkit energi yang akan disinkronkan dengan koridor ekonomi nasional.
Pada saat yang bersamaan, jumlah penduduk kelas menengah ke atas akan mencapai 135 juta orang, melonjak dari sebelumnya sekitar 45 juta orang, sedangkan tingkat populasi penduduk yang tinggal di kota mencapai 71% dari total penduduk, naik dari sebelumnya hanya sekitar 53%.
"Selain itu, pada tahun 2030 tenaga kerja skill Indonesia akan mencapai sekitar 113 juta, melonjak dibanding tenaga kerja skill pada 2012 yang mencapai sekitar 55 juta orang," katanya.
Ringling menambahkan, perekonomian Indonesia akan lebih fokus pada kompetisi industri yang dibagi dalam enam kelompok, yaitu pertama, kelompok tenaga kerja intensif seperti industri mebel, kedua industri UKM meliputi tekstil, keramik, minyak esensial.
Ketiga, industri padat modal seperti mesin-mesin dan produksi perkapalan, keempat, sumber daya alam dan industri dasar seperti besi, aluminium, dan industri hulu. Ke lima, industri dengan pertumbuhan tinggi seperti otomotif, elektronik, dan telematika, serta ke enam industri khusus prioritas seperti petrokimia.
Khusus kelompok besi dan baja diutarakan Ringling, terkait dengan rencana pengembangan koridor ekonomi Indonesia yaitu, di Pulau Jawa meliputi industri otomotif dan mesin di Jakarta, pembangunan kapal di Jawa Timur.
Pembangunan pabrik baja di Kalimatan Selatan, pembangunan industri hulu aluminium di Kalimantan Selatan, serta di Sulawesi yang akan dijadikan sebagai pusat produksi minyak, gas dan pertambangan.
"Kekuatan prospek industri besi dan baja di Indonesia terlihat dari nilai investasi yang diperkirakan mencapai sekitar Rp40 triliun pada tahun 2015," ujarnya.
Secara keseluruhan diperkirakan akan terdapat sekitar 300 perusahaan dalam negeri mampu memproduksi 5,5 juta ton produk baja per tahun, dengan tingkat penyerapan tenaga kerja hingga mencapai 300.000 orang.(ant/gor)
• Investor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.