blog-indonesia.com

Minggu, 02 Agustus 2015

★ Proyek Gas Terintegrasi Terbesar di RI

Jokowi Akan Resmikan Proyek Gas Terintegrasi Terbesar di RI http://images.detik.com/content/2015/08/02/1034/094424_jokowi5.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini akan meresmikan mega proyek terintegrasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) milik PT Pertamina. Ada empat proyek yang meliputi dari hulu hingga hilir migas yang sebagian sudah jadi dan sisanya pabrik amonia yang masih groundbreaking.

Lokasi ‎proyek berada di Sulawesi Tengah (Sulteng), tepatnya di Kabupaten Banggai.‎ Ini merupakan proyek terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia yang digarap oleh perusahaan dalam negeri.

Dari informasi yang diterima detikFinance, Minggu (2/8/2015) Jokowi dijadwalkan datang sekitar pukul 13.00 WITA. Didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi.

Selain itu, hadir juga Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto, Direktur Utama Medco Energi Lukman Mahfoedz beserta jajaran lainnya.

Adapun keempat proyek tersebut adalah,

Pertama Join Operating Body (JOB)‎ Pertamina Medco Tomori Sulawesi Tengah (PTMS) yang mengelola satu Central Processing Plant (CPP) dengan kapasitas produksi total 310 MMSCFD.

Kedua, kilang LNG (Liquified Natural Gas) Donggi Senoro dengan kapasitas 2,1 MTPA‎ yang akan menerima pasokan dari JOB PMTS 250 mmscfd dan dari Matindok pengembangan proyek 85 MMCFD. Dari kilang ini akan berlangsung pengapalan perdana ke terminal regasifikasi Arun di Aceh.

Ketiga, adalah pabrik amonia yang dikelola oleh PT Panca Amara Utama (PAU). Kapasitasnya mencapai 0,7 MTPA. Peletakan batu pertama atau groundbreaking akan langsung dilakukan oleh Presiden Jokowi.

Keempat, adalah lapangan GG berkapasitas produksi 31 MMCFD dan 150 barel kondensat per hari dikelola oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North Swest Java (PHE-ONWJ). (hen/hen)
Pertamina dan Medco Sukses Bangun Kilang Tercepat Hasilkan LNG http://images.detik.com/content/2015/08/02/1034/110031_kilangds2.jpgPT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk yang tergabung dalam‎ Join Operating Body Pertamina Medco Tomori Sulawesi Tengah ‎(JOB PMTS) berhasil mengembangkan kilang Donggi-Senoro LNG.‎

Waktu yang dibutuhkan untuk sampai tahap produksi pasca pembangunan kilang hingga menghasilkan gas alam cair (liquified natural gas/LNG), sangat singkat. Kilang LNG menghasilkan gas alam yang sudah diubah menjadi cair sehingga bisa diangkut kapal.

Director of Development Medco Energi Internasional Eka Satria menuturkan proses uji coba hingga menghasilkan gas alam cair hanya memakan waktu selama 10 hari. Dibandingkan proyek lainnya di dunia yang memakan waktu hingga setahun.

"Salah satu keberhasilan yang membanggakan pada proyek pengembangan gas Senoro ini juga terlihat pada masa commissioning (uji coba), yaitu masa antara selesai proyek hingga menghasilkan LNG, termasuk salah satu yang tercepat di dunia, hanya dalam waktu kurang dari 10 hari telah berhasil, sementara proyek kilang lainnya bisa membutuhkan waktu sampai setahun baru bisa memproduksi LNG," ujar Eka‎ di Central Processing Plant (CPP) Banggai, Minggu (2/8/2015).

Kegiatan eksplorasi migas dilakukan sejak 1998. Kemudian pada 2000 dilakukan pengembangan ketiga lapangan gas. Lima tahun kemudian pembangunan menggunakan skema hilir LNG untuk meningkatkan nilai keekonomian.

Pada 2009 disepakati penyaluran gas dengan Donggi Senoro LNG (DSLNG) untuk ‎memasok 250 mmscfd, penunjukan kontraktor EPC kepada konsorsium Tripatra-Samsung serta persetujuan penyaluran gas untuk PAU dan PLN. Di 2014, didapatkan produksi gas 310 MMSCFD.

Menurut Senior Plan & Control Project JOB Tomori, Herry Wijanto, pihaknya beroperasi selama kurang lebih 30 tahun hingga 2027. JOB Tomori beroperasi di Kabupaten Banggai dengan estimasi produksi gas yang akan dihasilkan sebanyak 310 MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Feet per Day).

Herry mengatakan pihaknya mengelola fasilitas Central Processing Plant (CPP) yang memproses gas dari pengembangan Blok Senoro-Toili.

"Dari produksi itu sebanyak 250 MMSCFD akan didistribusikan kepada DSLNG, kemudian saat pabrik pupuk Amoniak milik PT Panca Amara Utama siap berproduksi maka akan disuplai sebanyak 55 MMSCFD, termasuk juga akan mensuplai gas untuk kebutuhan PLN," ujar Herry pada kesempatan yang sama.

Kilang LNG Donggi Senoro merupakan proyek kilang LNG pertama yang dikembangkan dengan skema hilir yang memisahkan pengembangan gas di hulu dengan pembangunan kilang LNG di hilir.

Di bagian hulu, pengembangan gas dilakukan oleh JOB PMTS sebagai pengelola Blok Senoro Toili dan Pertamina EP MGDP sebagai pengelola Blok Matindok. Keduanya ditargetkan memasok gas ke kilang Donggi-Senoro LNG yang berkapasitas 2,1 MTPA.

Kilang DSLNG berlokasi di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulteng, sebagai proyek kilang LNG keempat di Indonesia.
Pengiriman Pertama LNG Donggi Senoro Pakai Kapal 'Raksasa' http://images.detik.com/content/2015/08/02/1034/141825_maleo.jpgKilang LNG (Liquified Natural Gas) atau gas alam cair Donggi Senoro di Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) telah resmi produksi pada Juni 2015. Kegiatan pengiriman LNG perdana berlangsung hari ini ke Terminal Penerima dan Regasifikasi Gas di Arun, Aceh.

"Hari ini pengapalan pertama, akan dikirimkan ke Arun," kata Presiden Direktur Donggo Senoro LNG Gusrizal saat berbincang di kilang DSLNG, Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (2/8/2015).

Gas yang dikirimkan‎ adalah sebanyak 125.000 meter kubik. Menggunakan kapal LNG Maleo yang punya panjang 272 meter dan lebar 47 meter, dengan bobot mati 66.892 dwt.

Menurut Gusrizal, ini adalah sebagai langkah pemenuhan kebutuhan gas untuk kebutuhan domestik khususnya industri di Aceh dan Medan.

"Volumenya 125.000 meter kubik," sebutnya.

Kilang LNG Donggi Senoro berkapasitas 2,1 million ton per annum (MTPA) dengan investasi senilai US$ 2,8 miliar. Investasi kilang tersebut telah mejadi kunci bagi upaya pengembangan dan monetisasi cadangan gas yang 30 tahun belum dikembangkan di Sulawesi Tengah.

"Investasi yang kita keluarkan adalah US$ 2,8 miliar hanya untuk kilang DSLNG,"‎ imbuhnya.

Kilang LNG Donggi Senoro yang dikelola oleh PT Donggi Senoro LNG tersebut merupakan kilang LNG yang dibangun dengan model hilir pertama di Indonesia, tidak membebani negara untuk investasinya dan memberikan multiplier efek yang tinggi bagi perekonomian nasional dan setempat.

Proyek ini merupakan proyek kilang LNG pertama di Indonesia yang melibatkan perusahaan-perusahaan Asia, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Medco Energi Internasional Tbk, Mitsubishi Corporation, Korea Gas Corporation (KOGAS) tanpa melibatkan major oil and gas companies.

Rencananya pengiriman perdana ini akan diresmikan ‎langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bersamaan dengan peresmian beberapa proyek Pertamina terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Pertama, Join Operating Body (JOB)‎ Pertamina Medco Tomori Sulawesi Tengah (PTMS) yang mengelola satu Central Procesing Plant (CPP) dengan. Kapasitas produksi total 310 MMSCFD.

Kedua, kilang LNG (Liquified Natural Gas) Donggi Senoro dengan kapasitas 2,1 MTPA‎ yang akan menerima pasokan dari JOB PMTS 250 mmscfd dan dari Matindok pengembangan proyek 85 MMCFD. Dari kilang ini akan berlangsung pengapalan perdana ke terminal regasifikasi Arun.

Ketiga, adalah pabrik ammonia yang dikelola oleh PT Panca Amara Utama (PAU). Kapasitasnya mencapai 0,7 MTPA. Peletakan batu pertama atau groundbreaking akan langsung dilakukan oleh Presiden Jokowi.

Keempat, adalah lapangan GG berkapasitas produksi 31 MMCFD dan 150 barrel kondensat per hari dikelola oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North Swest Java (PHE-ONWJ).
Proyek Gas di Sulteng yang Diresmikan Jokowi Senilai US$ 5,6 Miliar http://images.detik.com/content/2015/08/02/1034/jokowidonggi.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini meresmikan proyek terintegrasi sektor gas pertama dan terbesar di Indonesia. Proyek ini terintegrasi dari hulu hingga hilir dengan total investasi sebesar US$ 5,6 miliar.

Ada empat proyek yang meliputi dari hulu hingga hilir migas yang sebagian sudah jadi dan sisanya pabrik amonia yang masih groundbreaking.

"Total investasi untuk seluruh proyek ini US$ 5,6 miliar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said saat memberikan laporan kepada Presiden Jokowi di peresmian di kilang Donggi Senoro LNG, Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), Minggu (2/8/2015).

‎Sudirman menuturkan,
Pertama, Join Operating Body (JOB)‎ Pertamina Medco Tomori Sulawesi Tengah (PTMS) yang mengelola satu Central Processing Plant (CPP) dengan kapasitas produksi total 310 MMSCFD. Nilai investasinya adalah US$ 1,2 miliar.

Kedua, kilang LNG (Liquified Natural Gas) Donggi Senoro dengan kapasitas 2,1 MTPA‎ yang akan menerima pasokan dari JOB PMTS 250 mmscfd dan dari Matindok pengembangan proyek 85 MMCFD. Dari kilang ini akan berlangsung pengapalan perdana ke terminal regasifikasi Arun, hari ini.

"Total investasinya mencapai US$ 2,8 miliar‎," imbuhnya.

Ketiga, adalah pabrik ammonia yang dikelola oleh PT Panca Amara Utama (PAU). Kapasitasnya mencapai 0,7 MTPA dengan nilai investasi US$ 800 juta.

"Terakhir dari lapangan GG berkapasitas produksi 31 MMCFD dan 150 barel kondensat per hari dikelola oleh Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE-ONWJ). Investasinya US$ 150 juta,"‎ papar Sudirman. (mkl/hen)
Kekayaan Alam Harus Diolah di RI Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan megas proyek gas terintegrasi Donggi Senoro di Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) senilai US$ 5,6 miliar. Jokowi menekankan sumber energi yang ada harus mampu dimaksimalkan di dalam negeri untuk mendorong industri lokal agar menciptakan nilai tambah.

"Kita negara yang besar dengan kekayaan alam dengan bahan mentah yang macamnya banyak sekali, ini lah yang harus dihilirsasi, ini harus ada pemikiran untuk reindustrialisasi besar-besaran," kata Jokowi saat meresmikan Mega Proyek Gas Integrasi Pertamina, Banggai, Sulteng, Minggu (2/8/2015).

Jokowi mengatakan hasil gas Donggi Senoro harus bisa dimanfaakan oleh industri dalam negeri. Gas alam yang diolah menjadi LNG di kilang Banggai Sulteng dipasok ke Aceh untuk keperluan industri dan pembangkit listrik PLN dan lainnya.

Jokowi mencontohkan proses nilai tambah sangat diperlukan Indonesia yang selama ini banyak menjual mentah sumber daya alam. Ia mencontohkan produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) harus diolah di dalam negeri, termasuk sektor mineral.

"Untuk bisa menopang itu harus ada energi yang dibangun, energi yang dipakai, dari mana, salah satunya adalah yang diresmikan sekarang. Maka itu proyek terintegrasi harus dibangun, di semua daerah. Energi yang terintegrasi dengan industri. Ini akan berikan dampak besar bagi negara kita," kata Jokowi.

Ia mendorong para pemerintah daerah menyiapkan kawasan-kawasan industri baru skala besar dan terintegrasi dengan sumber energi.

"Kalau menyiapkan jangan tanggung-tanggung. Saya sudah sampaikan yang dulu-dulu itu disiapkan hanya 10 -15 hektar itu buat apa, nggak menarik, 1000-2000 hektar itu baru menarik. Itu investor besar pasti yang datang," tegas Jokowi.

Presiden Jokowi meresmikan beberapa proyek Pertamina terintegrasi dari hulu hingga hilir. Acara ini dihadiri oleh jajaran Pertamina, Menteri ESDM, Medco dan lainnya.
Jokowi Siap Jadi Beking Proyek Gas Donggi Senoro Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng) disiapkan jadi kawasan terintegrasi sektor gas dari hulu hingga hilir termasuk pengembangan industri olahan. Presiden Jokowi siap menjadi 'beking' Menteri ESDM dan Pertamina untuk mengembangkan proyek Gas Donggi Senoro senilai US$ 5,6 miliar ini.

"Saya minta ‎kepada menteri ESDM, serta Pertamina dalam pengembangan proyek ini, betul-betul dikawal terintegrasi lapangannya, tidak hanya dalam laporannya terintegrasi. Hulu hilir, dari produsen gas pembangkit listrik maupun LNG," seru Jokowi saat meresmikan Mega Proyek Integrasi Pertamina, Minggu (2/8/2015).

Ia mengatakan para menteri dan direksi Pertamina tak perlu takut bila menghadapi hambatan. Jokowi siap pasang badan bagi para jajarannya bila menghadapi masalah yang lebih besar.

"Bila perlu back up politik dari presiden, silakan sampaikan ke saya. Malah kadang banyak proyek, dan investasi besar memerlukan dukungan politik di lapangan. Itu bagian saya. Kadang-kadang menteri kan juga ngeri," kata Jokowi.

Dalam kesempatan itu, Jokowi pun kembali bercerita soal pentingnya seorang menteri mendapat dukungan dari seorang presiden. Misalnya dalam kasus penenggelaman kapal pencuri ikan yang perlu waktu lama karena diduga ada beking 'orang besar' dalam kasus tersebut. Ia sempat memberi perintah sampai 4 kali ke jajaran di bawahnya.

"Ketiga saya panggil kenapa sih itu nggak ditenggelamkan. Kemudian baru cerita, pak ini bekingnya orang-orang besar. Kaget saya. ‎Lah beking Bu Menteri itu siapa? Saya memang orangnya kurus, tapi saya berikan dukungan 100%. Sekalai lagi saya perintahkan tenggelamkan. Baru ditenggelamkan," kata Jokowi disambut tawa.

Ia menegaskan bahwa jajarannya tak perlu takut bila menghadapi masalah, termasuk bila menghadapi persoalan beking membeking. "Itu orang pikir yang melakukan pasti bekingnya gede. Ya sangat gede. Bekingnya presiden. Kurang apalagi. Ini banyak di negara kita hal seperti itu. Tapi untuk kepentingan nasional, pasti saya lakukan," katanya.

Menurutnya dengan total produksi gas Donggi Senoro sebesar 415 mmscfd, Jokowi berharap proyek ini bisa terus memasok gas kebutuhan pembangkit listrik, pabrik amonia, kilang LNG dan lainnya.

"Proyek, Donggi Senoro ini merupakan yang pertama pengembangan kawasan hulu dan hilir, dulu digarap, hilirnya juga harus diteruskan. Dilakukan dengan skema baru. Dengan skema ini pemerintah nggak menanggung skema‎ cost recovery sekitar US$ 2,8 miliar. Sehingga pengembangan hulu bisa dioptimalkan," katanya. (hen/hen)

  ★ detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More