blog-indonesia.com

Rabu, 21 Januari 2015

3 Aksi Hero di Angkasa Selamatkan 'Si Burung Besi'

imageKecelakaan yang menimpa sebuah pesawat terbang terakhir kali menimpa AirAsia QZ8501 pada 28 Desember 2014 lalu. Pesawat itu menghantam dinginnya air laut selatan Kalimantan Tengah. Di antara sejumlah kecelakaan penerbangan, ada aksi heroik yang dilakukan beberapa pilot memuluskan pendaratan si burung besi dalam peristiwa darurat.

Rangkuman detikcom, Selasa (20/1/2015), 3 Pilot handal itu adalah Chesley Burnett "Sully" Sullenberger III, Lt Baden dan Abdul Rozaq. Berbeda dengan Chesley dan Abdul, Lt Baden adalah pilot pesawat tempur di kesatuan US Navy, namun aksinya tak kalah mendebarkan bagai film-film perang Hollywood.

Sementara Chesley dan Abdul adalah pilot pesawat komersil, walau Chesley mantan pilot pesawat tempur. Persamaan di antara 3 penerbang ini adalah mereka memutuskan untuk memuluskan pendaratan si burung besi di tengah situasi gawat.

Berikut kisah para pilot heroik itu:
1. Chesley Burnett 'Sully' Sullenberger III image15 Januari 2009, Chesley mendapatkan tugas menerbangkan US Airways 1549 dengar rute LaGuardia menuju Charlotte, North Carolina. Pesawat baru mengudara selama tiga menit, dan tiba-tiba gangguan di mesin terasakan di kemudinya.

Rupanya sekelompok burung menabrak mesin pesawat tipe Airbus A320 tersebut. Chesley yang memiliki pengalaman sebagai pilot pesawat tempur lalu memutuskan untuk mengarahkan pesawat yang membawa 150 nyawa itu ke Sungai Hudson. Suhu sungai saat itu sangat dingin, namun ia tak mempedulikannya.

Burung besi itu perlahan menurunkan ketinggiannya di atas Sungai Hudson dengan berupaya mengurangi kecepatan pesawat. Perlahan, ketika permukaan air mulai membelah karena gesekan angin dengan badan pesawat, Chesley mengangkat moncong si burung besi.

Ekor pesawat perlahan mengupas permukaan laut dan membantu mengurangi laju pesawat. Hingga akhirnya tak ada lagi daya dorong dan badan pesawat mendarat mulus di atas laut dingin tersebut. Besarnya burung yang dikendalikan Chesley menarik perhatian nelayan dan otoritas sekitar sungai tersebut untuk langsung menyelamatkan 150 penumpang beserta 4 kru.

"Tampaknya pilot melakukan pekerjaan yang bagus sekali dengan mendaratkan pesawat di atas sungai, dan kemudian memastikan semua orang keluar," puji Walikota New York Michael Bloomberg.

Sejumlah pejabat aviasi internasional menyebut ini pertama kalinya pesawat komersial berhasil melakukan pendaratan di atas air. Pilot British Airways Eric Moody menuturkan, pendaratan tersebut merupakan pendaratan di atas air sesuai buku panduan. "Siapapun yang menerbangkan pesawat itu telah melakukan pekerjaan yang sangat bagus," pujinya.

Chesley kemudian diganjar sejumlah penghargaan. Aksi heroiknya pun diabadikan ke dalam sebuah buku berjudul 'Highest Duty'.
2. Abdul Rozaq imageNama Kapten Abdul Rozaq mengalir di dunia penerbangan bagai Sungai Bengawan Solo. Dialah sang pilot yang mendaratkan Boeing 737-300 di atas Sungai Bengawan Solo karena mesin mengalami gangguan.

Abdul ditugaskan menerbangkan Garuda Indonesia GA421 pada 16 Januari 2002, dengan rute Ampenan-Mataram menuju Yogyakarta. Pesawat terbang mulus tanpa gangguan, tapi tak lama sebuah bayangan hitam di angkasa menghadang laju pesawat yang dikemudikan Abdul. Bayangan itu ternyata awan Cumulonimbus (Cb), si Garuda Besi itu tak bisa menghindar sehingga harus melewatinya.

Turbulensi keras dirasakan 54 penumpang dan 6 awak GA421 tersebut. Sementara badai dan hujan es yang terjadi di luar pesawat membuat mesin pesawat mati sehingga kehilangan daya dorong. Kapten Abdul berusaha tenang, tangan tetap dikemudinya, ia pun melontarkan instruksi darurat satu per satu kepada kopilotnya, tapi upaya menghidupkan kembali 2 mesin pesawat itu tak berhasil.

Perlahan, pesawat itu kehilangan ketinggiannya, namun Kapten Abdul memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan sisa gaya dorong dari mesin yang telah mati untuk bermanuver mendekati Sungai Bengawan Solo. Abdul memilih melakukan pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo.

Untuk mengurangi kecepatan agar tak terjadi tumbukan keras antara badan pesawat dan air, berbagai upaya dilakukan Abdul. Dalam upaya itu, seorang pramugari berkorban karena terlempar keluar dari pesawat, satu awak kabin lainnya bersama 12 penumpang mengalami luka serius, sisanya berhasil selamat.

Walau begitu, situasi darurat yang menegangkan itu berakhir para penumpang mulai keluar dari pintu darurat. Warga sekitar lokasi pendaratan darurat kemudian berdatangan dan membantu proses evakuasi dari atas Sungai Bengawan Solo. Kisah Abdul itu juga diabadikan dalam kata-kata yang tersusun menjadi buku berjudul 'Miracle of Flight'.
3. Letnan Mark Baden imageLetnan Baden adalah pilot pesawat tempur jenis A-6E Intruder dari angkatan laut Amerika Serikat. Pada tanggal 9 Juli 1991, Letnan Mark Baden dan navigatornya Letnan Keith Gallagher mendapatkan misi rutin di atas Samudera Hindia.

2 Prajurit Navy itu pun menjalankan perintah menerbangkan A-6E Intruder dari atas kapal induk USS Abraham Lincoln. Pesawat tempur berawak 2 orang itu berhasil terbang mulus dari atas landasan pacu salah satu kapal induk andalan Paman Sam itu.

Namun tak lama setelah itu terjadi kerusakan teknis di kursi sang navigator. Sistem pelontar kursi tiba-tiba menyalak dan membuat setengah badan Galagher di luar kokpit. Sistem parasut di kursi itu juga mengembang dan tersangkut ke ekor pesawat.

Angin menghujam tubuh Gallagher dengan kecepatan 250 knot atau setara 463 Km/jam. Tubuh manusia tak mampu menahan kecepatan angin tersebut, sehingga Gallagher pun kehilangan kesadaran. Akan tetapi pecahan kaca kokpit mengancam tubuh Gallagher, tapi tak terjadi karena tali parasut dari kursi Gallagher menahan badannya untuk tidak bergesekan dengan pecahan kaca.

Letnan Baden melihat kondisi rekannya yang mengalami luka parah tersebut. Ia lalu mengayunkan kemudinya dan mengarahkan pesawat kembali menuju USS Abraham Lincoln. Mendaratkan pesawat di landasan pacu yang bergerak dan tak panjang dalam kondisi darurat sangat riskan, dan Balden memilih untuk tidak melepaskan pesawatnya.

Kru USS Abraham Lincoln sudah siap dengan kode Mayday yang dilontarkan Baden. Pesawat yang dikemudikan Baden perlahan mendekati USS Abraham Lincoln dan berhasil mendarat dengan posisi setengah badan navigatornya di luar kokpit.

Gallagher menderita luka-luka akibat peristiwa itu. Sementara si pilot tempur yang memilih mempertahankan pesawatnya untuk mendarat diganjar penghargaan medali Navy Air. Mereka berdua kemudian menjadi sahabat hingga saat ini. Gallagher kembali mengudara dalam 6 bulan.(mad/kha)

  detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More