Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan bahwa produksi massal dari hasil riset dan pengembangan teknologi di Indonesia masih sedikit, di tengah banyaknya kegiatan riset oleh Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan.

"Data Business Innovation Centre (BIC) menunjukkan bahwa hanya delapan persen dari invensi yang terpilih dalam lima buku serial 100 penemuan baru yang dikeluarkan Kemenristek, yang memasuki tahap produksi massal," kata Menristek Gusti Muhammad Hatta di Jakarta, Selasa.

Menristek mengatakan, kondisi tersebut memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa proses atau siklus inovasi riset, pengembangan dan komersialisasi kurang berjalan efektif, di tengah anggaran riset yang masih terbatas.

Menurut Menristek, salah satu pokok permasalahan dari sedikitnya jumlah teknologi yang masuk ke pasar dan dimanfaatkan oleh pengguna adalah teknologi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, yaitu industri, pemerintah dan masyarakat.

"Hal itu dapat disebabkan oleh pengembang teknologi (inventor) tidak melibatkan atau berinteraksi dengan calon pengguna sejak riset dilakukan, sehingga hasilnya tidak sesuai harapan pengguna," kata Menristek.

Selain itu, lanjutnya, teknologi yang dikembangkan belum optimal, karena tidak lebih produktif, murah dan efisien, karena keterbatasan kapasitas, kompetensi peneliti serta infrastruktur sarana penelitian.

Untuk mengatasi persoalan ini, Menristek mengemukakan bahwa sinergi riset yang melibatkan antar lembaga litbang dan pengguna menjadi hal yang penting.

"Pengembangan konsorsium riset atau inovasi, yang melibatkan unsur pengembang, industri dan pengguna teknologi, dapat menjadi solusi terhadap masih sedikitnya jumlah teknologi yang masuk ke pasar," ujar Menristek.

Pengembangan konsorsium juga menjadi solusi, lanjut Menristek, bagi terbatasnya anggaran, Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur penelitian di lembaga litbang.

Menurut Menristek, peningkatan jumlah produk teknologi hasil riset nasional yang dimanfaatkan oleh pengguna, yaitu industri, pemerintah dan masyarakat, sangat baik untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat, serta daya saing barang dan jasa yang dihasilkan.