blog-indonesia.com

Rabu, 07 Agustus 2013

Geliat Industri Minyak Hindia Belanda

Perusahaan Minyak Dunia telah melakukan eksplorasi minyak Nusantara pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Larry Lee Photography/CORBIS
Di pengujung abad ke-19 persaingan dunia perminyakan kian ketat. Untuk menghadapi persaingan, De Koninlijke bersatu dengan Shell: menjadi De Koninlijke Shell atau The Royal Dutch Shell. Shell sendiri telah mengeksplorasi wilayah Sanga-Sanga, di wilayah Kerajaan Kutai yang berproduksi pada 1892. Perusahaan ini juga telah memiliki kapal tanker dan piawai memasarkan minyak bumi.

Dalam operasinya, perusahaan gabungan Belanda dan Inggris itu mendirikan tiga anak perusahaan: Anglo-Saxon Petroleum Company, bergerak dalam pengangkutan minyak; Aziatic Petroleum, mengerjakan pemasaran; dan Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), yang menangani produksi minyak. Perusahaan yang terakhir ini, membeli Dortsche Petroleum Company yang berada di Jawa Timur pada 1911. Sejak ini, pemerintah kolonial praktis menguasai seluruh industri minyak di Nusantara.

Tapi bisnis perminyakan dunia telah berkembang pesat; perusahaan minyak menjalar melintasi batas-batas wilayah. Perusahaan minyak asing mulai melirik potensi minyak di Hindia Belanda. Kendati pemerintah kolonial mencoba menghambat perusahaan asing, toh bisa tertembus juga.

Standard Oil of New Jersey—kini Exxon—dari Amerika Serikat membentuk anak perusahaan: American Petroleum Company di Belanda. Dari sini, pada 1912 anak perusahaan itu meretas bisnis di Hindia Belanda dengan mendirikan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij atau NKPM. Perusahaan ini akhirnya mendapatkan konsesi minyak di Jambi, yang operasinya diserahkan kepada Nederlandsche Indische Aordolie Petroleum Maatschappij atau NIAM (gabungan pemerintah Hindia Belanda dengan Shell).

Nederlandsche Indische Aordolie Petroleum Maatschappij memperoleh beberapa konsesi: tak jauh dari Palembang; sepanjang pantai Teluk Pulau Aru; dan sebagian Kalimantan, termasuk Pulau Bunyu. Eksplorasi NIAM di tiga konsesi ini hanya memperoleh target di Pulau Aru.

Pada 1925, Standard Oil of New Jersey memperoleh konsesi di Jawa, Madura dan Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij mendapatkan konsesi di Talang Akar. Perusahaan yang belakang ini pada 1933 disatukan dengan The Standard Vacuum Petroleum Maatschappij, yang pada 1947 berubah menjadi The Standard Vacuum Company (Stanvac)—pada 1959 menjadi PT Stanvac Indonesia.

Standard of California menempuh cara yang kurang lebih serupa: membentuk cabang di Hindia Belanda bernama Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij pada 1930.

Perusahaan itu pada 1936 meneken kontrak pencarian minyak di Blok Rokan. Lantaran Standard of California bekerjasama dengan Texas Company atau Texaco, maka Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij dikenal sebagai California Texas Oil Company atau Caltex.

Caltex mendapatkan konsesi di sepanjang pantai Sumatera Tengah. Saat menjelang Perang Dunia II, dalam eksplorasinya, drilling rig Caltex diboyong ke Minas antara Pekanbaru dan Sebanga.

Pasukan Jepang ternyata telah menduduki kawasan itu sebelum pengeboran dimulai. Jepang dikabarkan melakukan pengeboran di struktur Minas, yang bisa memproduksi minyak 8.000 barrel lebih saban hari.

Sementara itu, Bataafsche Petroleum Maatschappij terus melebarkan sayap bisnis minyaknya. Perusahaan ini membentuk Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij yang menggarap ladang minyak di daerah Papua.

Pada 1935, Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij memiliki konsesi di Sorong. Setahun kemudian perusahaan ini menemukan lapangan minyak Klamono, disusul lapangan Wasian.(Agus Prijono)


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More