blog-indonesia.com

Rabu, 08 Mei 2013

Potensi Shale Gas Indonesia Mencapai Rp 58.380 Triliun

Ilustrasi Migas.Jakarta - Indonesia memiliki potensi shale gas yang tersebar hampir di seluruh cekungan tanah air. Gas alam yang berada di formasi sedimen batu itu ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut paparan Dosen Teknik Geologi Universitas Trisakti Agus Guntoro, kandungan shale gas di Indonesia berdasarkan survei Talisman Energy mencapai 5.000 triliun cubic feet (TCF), sedangkan berdasarkan Badan Geologi Indonesia mencapai 574 TCF.

"Misalkan kita kelola 20 persen dari 5.000 TCF itu dan harga gas US$ 6 maka diperoleh sekitar US$ 6 triliun," kata Agus ditemui usai penutupan acara Regional Workshop on The Changing Global Gas Market and Unconventional Gas di Jakarta, Rabu (8/5).

Lebih lanjut Agus mengatakan potensi sebesar itu belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah.

Dia menyebut Amerika Serikat yang memiliki potensi shale gas hampir sama dengan Indonesia telah melakukan pengembangan sejak tahun 80-an. Kini negara adikuasa itu telah memproduksi 27 miliar kaki kubik per hari. Apabila harga gas sekitar US$ 5 maka per harinya menghasilkan US$ 135 juta (Rp 1,31 triliun).

"Indonesia, seperak saja belum. Potensi ini harus segera dikembangkan dengan belajar dari pengalaman Amerika," jelasnya.

Untuk mempercepat pengelolaan shale gas, Agus menyatakan peran pemerintah diperlukan melalui regulasi yang dikeluarkan. Menurutnya regulasi harus dibuat semenarik mungkin agar investor asing mau menggarap potensi yang ada.

Dia mencontohkan Amerika Serikat menggunakan sistem royalti bukan sistem kontrak bagi hasil. Menurutnya regulasi terhadap shale gas tidak bisa disamakan dengan konvensional gas. Hal itu karena proses mendapatkan shale gas lebih mahal dan sulit. Shale gas merupakan jenis gas yang berasal dari serpihan batu shale atau tempat terbentuknya gas bumi.

"Harus ada aturan yang flexible. Potensi shale gas itu, satu kilometer bisa berubah macam-macam," jelasnya.

Amerika Serikat membutuhkan waktu lima belas tahun untuk bisa memproduksi shale gas. Kanada memerlukan waktu sekitar 7 tahun. Sedangkan China memakan waktu selama 12 tahun. Indonesia diperkirakan bisa memproduksi shale gas antara 5-10 tahun mendatang.

"Kita tinggal adopsi teknologinya saja jadi lebih singkat," ujar Agus.


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More