blog-indonesia.com

Jumat, 10 Mei 2013

Nasi Jagung Instan Kemasan

http://202.46.15.98/file/gallery/2013/05/nasi%20jagung.jpgNasi jagung adalah makanan pokok yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Desa Mangli, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Namun, berkat tangan dingin Suparyo (32), nasi jagung produksi desa tersebut juga bisa dinikmati oleh masyarakat di beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Bandung, hingga ke sejumlah wilayah lain, seperti Bali, Jambi, Batam, dan Aceh.

Nasi jagung buatan Suparyo ini dapat dibeli dan dinikmati di mana saja dalam bentuk kemasan nasi jagung instan berlabel ”Nasi Jagung Manglie”. Dia pun memastikan nasi jagung ini bisa dibuat dengan sangat mudah.

”Untuk membuat nasi jagung, cukup mencampurkan tepung jagung dalam kemasan dengan air, kemudian mengukusnya hingga dua kali,” ujarnya.

Inovasi membuat nasi jagung instan ini dimulai sekitar setahun lalu. Saat pulang kampung, Suparyo, warga asli Desa Mangli, yang lama tinggal di Yogyakarta, terkejut karena mendengar cerita dari perangkat desa bahwa nasi jagung buatan warga Desa Mangli ternyata mendapat gelar juara I lomba nasi jagung tingkat nasional.

Mengikuti keberhasilan tersebut, warga Desa Mangli pun mendapatkan banyak pesanan nasi jagung dari sejumlah daerah. Namun, sayang, karena ketidakmampuan warga membuat nasi jagung yang bisa dikirim dan dinikmati masyarakat luar kota, ketika itu, pesanan pun terpaksa ditolak.

Mendengar cerita ini, Suparyo pun justru terinspirasi untuk berinovasi. ”Banyaknya pesanan yang tidak bisa dipenuhi tersebut justru membuat saya penasaran, ingin segera membuat nasi jagung instan yang bisa dinikmati masyarakat banyak di luar Desa Mangli,” ujarnya.

Di sela-sela kesibukannya sebagai distributor makanan kecil dari Magelang ke Yogyakarta, Suparyo pun mulai mendata berbagai kebutuhannya untuk menjalankan idenya.

Untuk kegiatan proses produksi, dia pun menyadari membutuhkan mesin giling dan oven. Namun, tekad Suparyo pun nyaris menciut karena melihat harga dua mesin tersebut mencapai puluhan juta per unit.

”Melihat harga mesin di toko, saya pun berpikir bahwa tidak ada jalan lain kecuali membuatnya sendiri,” ujarnya.

Dengan bermodal Rp 1 juta, tekad membuat nasi jagung instan ini pun dimulainya. Suparyo, yang hanya lulusan SD, kemudian sibuk berkutat, mencoba merangkai sendiri mesin-mesin yang dibutuhkannya. Setelah jadi, dia pun memulai praktik uji coba membuat tepung nasi jagung.

Sebagai proyek rintisan, Suparyo mengawalinya dengan menggunakan 10 kilogram jagung yang dipetik dari ladang jagung milik ayahnya sendiri. Dalam proses pembuatan ini, dia mengaku tidak menemui kesulitan yang cukup berarti.

Setelah berhasil membuat tepung nasi jagung, dia lalu membagi produk buatannya secara gratis kepada teman-temannya di Yogyakarta. Kepada mereka, Suparyo meminta agar teman- temannya segera mencoba memasak tepung nasi jagung tersebut dan memberikan kritik serta saran kepadanya.

Dalam waktu sekitar seminggu, Suparyo pun mendapatkan respons positif. Banyak temannya menyukai produk tersebut dan meminta lagi pasokan nasi jagung instan.

Dia pun kembali melanjutkan usaha pembuatan nasi jagung tersebut. Ketika itu, bubuk tepung jagung tersebut dikemas dalam plastik biasa tanpa merek dengan berat per kemasan 200 gram.

Sekitar satu bulan berjalan, dia bertemu dengan seorang rekan bisnis yang kemudian menawari bantuan modal sebesar Rp 20 juta. Ditambah dengan bantuan dari sejumlah teman dan tabungannya sendiri, Suparyo pun memiliki kekuatan modal Rp 30 juta untuk mengembangkan usahanya secara lebih profesional.

Setelah itu, dia mulai merekrut karyawan, merancang desain kemasan, dan mendaftarkan produk nasi jagung instan sebagai pangan industri rumah tangga (PIRT) ke dinas kesehatan. Sejak saat itu, dia pun melepaskan pekerjaan sebagai distributor makanan kecil dan memfokuskan diri sepenuhnya pada produksi nasi jagung instan.

Suparyo kini telah memiliki empat karyawan dan sejak tujuh bulan lalu, produk nasi jagung instan telah menembus toko-toko swalayan dan mal. Permintaan pun semakin bertambah banyak setelah dia membuka situs www.nasijagungmanglie.com.

Saat ini, Suparyo dan karyawannya telah memproduksi 240 kemasan nasi jagung instan dengan berat per kemasan 200 gram. Sekitar 50 persen dari nasi jagung tersebut dijual untuk memenuhi permintaan dari luar kota dan separuhnya lagi dijual ke Kota dan Kabupaten Magelang.

 Beras jagung 

Setelah berhasil membuat nasi jagung instan, pada Maret lalu, dia melakukan inovasi membuat beras jagung. Jika nasi jagung instan ini setelah dimasak menghasilkan bentuk nasi berupa serpihan jagung kasar, beras jagung ini, setelah dimasak, akan menghasilkan nasi dengan tampilan seperti nasi dari beras biasa.

”Nasi dari beras jagung ini juga bercitarasa pulen, sama seperti ketika kita menikmati nasi biasa,” ujarnya. Citarasa nasi dari beras jagung ini berbeda dengan nasi jagung instan, yang cenderung tawar, tanpa rasa apa pun.

Sekalipun baru memulai membuat dan mengawali kegiatan promosi, beras jagung ini pun sudah direspons baik oleh pasar.

”Saat ini, volume permintaan beras jagung sudah mencapai satu ton, sedangkan kapasitas maksimal mesin-mesin kami hanya mampu memproduksi lima kuintal beras jagung,” ujarnya.

Setelah memulai dengan modal usaha Rp 1 juta, saat ini Suparyo sudah menangguk omzet Rp 40 juta per bulan. Dengan pencapaian yang sudah diraihnya saat ini, dia pun masih memiliki banyak rencana untuk mengembangkan usaha. Target yang ingin direalisasikannya adalah membuat nasi jagung instan dengan beragam citarasa, seperti gurih, asin, atau pedas.

”Saya juga ingin membuat nasi goreng jagung, di mana di dalam kemasannya terdapat tepung nasi jagung instan, yang kemudian dilengkapi dengan bumbu-bumbu untuk membuat nasi goreng,” ujarnya.

Ke depan, menurut Suparyo, produk nasi atau beras jagung ini berprospek bagus karena baik untuk kesehatan. Produk ini baik untuk penderita diabetes karena kadar gula lebih rendah dibanding nasi biasa.

Serat jagung juga menjaga keseimbangan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, protein inhibitor dalam jagung bermanfaat menurunkan risiko kanker dan asam folat di dalamnya juga bermanfaat untuk menghindari risiko serangan jantung dan stroke. Jagung juga mengandung beragam vitamin, seperti vitamin A, C, E, B1, B2, niasin, fosfor, dan kalsium.

”Saya yakin, ke depan akan semakin banyak orang mengubah jenis makanan yang dikonsumsi dari nasi biasa menjadi nasi jagung agar dapat hidup lebih sehat,” ujarnya.


  Kompas  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More