blog-indonesia.com

Rabu, 17 April 2013

Indonesia Tertarik Investasi Tambang di Myanmar

Pekerja pertambangan batu bara. Jakarta Asean Federation of Mining Association (AFMA) mendapat kesempatan berbicara dalam konferensi dan pameran industri pertambangan, Ozmine2013, yang diselenggarakan pemerintah Australia di Jakarta. Ketua AFMA, Martiono Hadianto, mempresentasikan mengenai masa depan industri pertambangan ASEAN.

"AFMA didirikan tahun 1984 dengan semangat kerjasama ASEAN yang kuat. Banyak pertukaran informasi mengenai regulasi, teknologi dan lain sebagainya," kata Martiono di Jakarta, Rabu (17/04).

Martiono mengungkapkan sumber daya alam yang dimiliki negara ASEAN antara lain emas, nikel, bijih besi, pasir besi, bauksit, mangan, timah, dan batubara. Kekayaan alam ini menjadikan industri tambang sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Dia bahkan mengungkapkan Laos dan Kamboja memperbolehkan negara asing menguasai wilayah pertambangan.

"Itu pilihan kebijakan yang harus dibuat demi mempromosikan negara mereka dan menggerakan perekonomian, meski jadi milik asing. Itu pilihan mereka dan itu bukan paksaan negara asing," jelasnya.

Sedangkan negara ASEAN lainnya memiliki aturan berbeda mengenai tingkat pelarangan kepemilikan asing di dunia pertambangan. Martiono mencontohkan Vietnam memberi hak tambang untuk investor asing kurang dari 50 persen untuk proyek eksplorasi dan investasi proyek tambang tidak kurang dari 30 persen.

Untuk Malaysia yang merupakan negara terbesar penghasil timah, Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada 14 negara bagiannya untuk membuat aturan pertambangan mengenai izin dan lisensi. Berbeda dengan Thailand, pemerintah negara gajah putih ini melarang hak pertambangan kepada asing. Namun diizinkan melakukan usaha pertambangan dengan perjanjian khusus.

"Berbicara pertambangan berarti bicara teknologi, dana dan investasi jangka panjang. Masalahnya teknologi dan dana dimiliki negara maju. Apapun yang kita lakukan, masih tergantung mereka," ujarnya.

Lebih lanjut, Martiono menyebut Indonesia tertarik untuk berinvestasi di Myanmar. Hal itu ditandai dengan kunjungan delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pada awal April 2013. Dia menyebut BUMN seperti PT Timah, dan PT Bukit Asam berminat berinvestasi.

Pada konferensi ini, Vice President Occupational Health and Safety PT Freeport Indonesia, Solihin, mendapat kesempatan berbicara mengenai keselamatan kerja. Dia mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir, Freeport menginvestasikan sekitar US$ 12 juta untuk peralatan penunjang keselamatan pekerja. Peralatan itu seperti radar, GPS, serta sensor wajah dan mata untuk mengetahui kelelahan operator.

"Angka kecelakaan kerja kami di bawah satu persen dibandingkan dengan perusahaan tambang sekelas Freeport," ujarnya.

Ozmine berlangsung pada 16-17 April di hotel Shangri-La, Jakarta. Senior Trade Commisioner Austrade, Kym Hewett, mengatakan pameran ini merupakan peluang yang sangat baik bagi operator pertambangan lokal untuk memperoleh pengetahuan tentang teknologi dan inovasi pertambangan terkini langsung dari sumbernya.

"60 persen dari total 80 eksibitor yang berpartisipasi dalam pameran tahun ini adalah peserta baru. Ini membuktikan adanya minat tinggi dari perusahaan-perusahaan yang baru berpartisipasi dalam Ozmine2013," jelasnya.


 ●  Berita  Satu 

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More