blog-indonesia.com

Senin, 18 Maret 2013

Peneliti AS dan RI Gelar Riset Virus Flu Burung

 Salah satu dari tiga kota di Jawa Barat akan menjadi lokasi penelitian

Flu Burung 
Jakarta Peneliti dari Indonesia dan Amerika Serikat (AS) membuka kerjasama di bidang penelitian influenza virus H5N1 atau virus flu burung dengan berupaya membuat sistem pemantauan virus tersebut. Indonesia, yang diwakili oleh Fakultas Kedokteran dari Universitas Padjajaran Bandung akan berkolaborasi dengan Universitas Colorado dengan memanfaatkan dana hibah yang diberikan oleh Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) senilai US$ 1,4 juta atau sekitar Rp 13,5 miliar.

Peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak UNPAD, Cissy B. Kartasasmita, mengungkapkan bahwa timnya dan peneliti dari Universitas Colorado AS akan turun ke salah satu tempat dari tiga lokasi penelitian di Jawa Barat yang diusulkan, yaitu Majalengka, Kuningan atau Indramayu.

Menurut Cissy, yang telah dikukuhkan sebagai guru besar di UNPAD, pemilihan lokasi didasari atas angka kejadian luar biasa flu burung di kabupaten tersebut.

"Jadi selama seminggu kami akan melakukan survei lapangan di daerah yang diketahui banyak terdapat ayam atau unggas yang mati mendadak. Kami akan ambil sampel dari unggas yang mati dan orang-orang yang berada sekitar 200 meter dari lokasi unggas tersebut," ujar Cissy dalam bincang-bincang dengan VIVAnews, Senin 18 Maret 2013, usai menghadiri acara pemberian hibah oleh USAID kepada peneliti Indonesia di Gedung Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakara Selatan.

Menurut Cissy, hasil sampel itu akan ditelusuri dan orang-orang yang berada dekat dengan lokasi akan dipantau selama seminggu, apakah mereka mengalami sakit atau tidak setelah unggas tersebut mati.

"Kalau mereka diketahui terinfeksi maka akan dirujuk ke rumah sakit infeksi di RS Hasan Sadikin," kata dia. Cissy memang melihat hingga saat ini belum terdapat lagi korban akibat flu burung. Walaupun sebelumnya pernah ditemukan satu pasien yang diduga terinfeksi flu burung, namun setelah dites, hasilnya negatif.

Sebelumnya 14 pasien terinfeksi flu burung tercatat pernah dirawat di RS Hasan Sadikin, Bandung. Namun sejak tahun 2010 kasus tersebut sudah tidak lagi muncul. Cissy menduga virus ini masih akan tetap ada, apabila masih ditemukan gejala serupa pada unggas.

"Kita duga kalau unggas tetap masih positif, maka pada manusianya juga bisa saja positif. Mungkin saja sudah ada yang terinfeksi dalam skala ringan tapi belum terdeteksi," ujarnya.

Masyarakat Lalai 

Menurut Cissy banyak warga kerap lupa menjaga kebersihan setelah mereka melakukan kontak fisik dengan unggas. Padahal dari situlah virus flu burung menyebar.

"Masyarakat suka lupa kalau peristiwanya sudah lewat, sehingga perlu harus selalu diingatkan. Saya juga menyayangkan karena mereka datang ke rumah sakit setelah terinfeksi sekian lama dan sudah parah," kata Cissy.

Melalui penelitian bersama ini dapat ditemukan sebuah sistem pemantauan geo spasial epidemologi, yang dapat dimanfaatkan untuk memantau sumber penyakit flu burung berasal dan proses penyebarannya.

"Kalau dengan teknologi pemantauan tersebut, kita dapat mengetahui di mana lokasi orang sakit, kemudian telusuri bagaimana orang tersebut dapat menularkan ke orang lain," ujar Cissy.

Saat ini Cissy dan tim sedang memasuki proses perekrutan anggota kegiatan penelitian dan mengurus perizinan. Diharapkan pada Mei mendatang, tim ini sudah dapat turun ke lapangan untuk bekerja.


  • Vivanews  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More