blog-indonesia.com

Senin, 05 November 2012

Hutan, Energi, dan Limbah

Budaya Orang-orang yang menggantungkan hidup di hutan Kalimantan berteriak cemas. Mereka berada dalam bayang-bayang kerusakan hutan yang semakin parah.

Bukit-bukit longsor, pohon-pohon ditebangi semuanya, seolah berkelindan dengan nasib mereka. Gambaran itu ada dalam instalasi karya Aidil Usman. Seniman asal Padang ini mengemas nasib masyarakat Kalimantan dan kondisi hutan di sana yang makin rusak. Pun demikian, konsensi Blok Mahakam yang diperpanjang dan sarat kepentingan politik,menjadikan mereka makin sengsara.

Minyak dan sumber energi lainnya disedot habis-habisan. Gagasan Aidil kali ini banyak mengusung tentang kerusakan hutan Kalimantan yang justru dalam instalasinya tampak indah. Bagaimana sulur-sulur batang yang ringkih itu menjulur-julur dengan bagian atas warna-warni. Semua dipadukan dengan nuansa warna-warni cat dan bola-bola yang menarik perhatian. Jika tidak jeli melihat gambar orang-orang yang menangis, atau menjerit di tengah-tengah karya instalasi, tentu orang tak akan mengira jika gagasan utama instalasi ini tentang kerusakan hutan. Aidil tidak menegaskan persoalan itu secara lugas.

Memang indah, namun di balik keindahan itu ada persoalan yang jika diselisik secara dalam dan jauh, menggerogoti sendi-sendi kemanusiaan dan juga lingkungan. Mungkin Aidil hendak menegaskan betapa politik pun sama seperti itu. Indah di luar, namun semakin ke dalam makin berantakan. Selain kerusakan hutan Kalimantan, dalam instalasinya kali ini, Aidil juga mempersoalkan Blok Mahakam yang mestinya konsesinya dua tahun selesai. Namun karena kepentingan yang sarat politik, konsesi itu diperpanjang.

“Dengan kata lain, sekarang Kalimantan sudah begitu parah, pun demikian potensi minyak dieksploitasi habis-habisan,” jelas Aidil kepada wartawan. Instalasi hutan atau pohon-pohon yang tinggal setumpuk karya tersebut ditampilkan dalam acara talk show, “Budayawan Bicara Migas”, Selasa (30/10) lalu. Selain Aidil, beberapa seniman lain yang ikut mengisi “Budayawan Bicara Migas” di Lobi Gedung Pertamina adalah Toto BS. Toto adalah seniman autodidak yang piawai dalam melakukan sketsa. Namun, dalam acara ini, Toto hanya melakukan performing art, dengan melakukan sketsa pada orang-orang yang ia temui.

Toto mampu melakukan sketsa wajah orang yang ada di hadapannya dengan waktu kurang dari dua menit. Sementara itu, talk show dengan pembicara budayawan dan pakar filsafat UI Donny Gahral Adian banyak mengulas tentang penggunaan sumber energi yang boros dan semakin langka. Radhar Panca Dahana juga berbicara soal pemanfaatan energi. Manusia diciptakan pada dasarnya untuk menggunakan energi yang ada di bumi, sehingga hal ini seolah sudah menjadi fitrah dan kodrat.

“Kita hidup dengan energi. Jadi ketika terjadi kelangkaan energi, hal ini akan menjadi persoalan besar. Jadi, sebenarnya persoalannya bukan hanya minyak dan gas, tapi soal pertahanan. Untuk jaminan hidup,” tegas Radhar Panca. Radhar menjelaskan, soal kelangkaan energi ini menjadi besar, bahkan ke depan semakin banyak orang yang akan bertengkar gara-gara energi. Ia mencontohkan, bisa saja pada masa depan, orang akan berebut sekaleng minyak sebagai energi.

“Persoalan krusial pada saat ini bukan hanya persoalan bumi, tapi juga energi. Perubahan perilaku, cara bermasyarakat, cara berpolitik dan bernegara yang tidak berimplikasi kultur energi di masa depan,” ujarnya.[●sofian dwi]


© Sindo

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More