blog-indonesia.com

Rabu, 10 Oktober 2012

Industri manufaktur Indonesia

 Industri manufaktur Indonesia akan bangkit lagi"

Industri manufaktur di Indonesia. (FOTO ANTARA)
Jakarta - Bank Dunia memperkirakan bahwa industri manufaktur Indonesia akan kembali bangkit setelah masa jayanya pada periode 1990-1996 berakhir pada krisis finansial Asia. 

"Kebangkitan industri manufaktur ini dipicu oleh permintaan domestik yang tinggi serta cepatnya pertumbuhan investasi asing," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Stefan Koeberle, saat peluncuran laporan Bank Dunia berjudul "Mempercepat Laju: Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia, di Jakarta, Rabu.

Saat periode 1991-1996, pertumbuhan sektor manufaktur non-migas Indonesia mencapai 12 persen per tahun dan menyumbangkan sepertiga dari seluruh pertumbuhan PDB riil.

Kinerja pertumbuhan yang mengagumkan ini mempercepat transformasi Indonesia dari perekonomian agraris menjadi semi-industrialis.

Tetapi, setelah krisis keuangan, ekonomi dan politik pada akhir tahun 1990an, kegiatan manufaktur mengalami `resesi pertumbuhan' dan memberikan kontribusi yang jauh lebih sedikit terhadap pertumbuhan PDB.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekspor tahunan produk manufaktur non-migas anjlok dari 21 persen pada tahun 1990-95 menjadi 8,8 persen pada tahun 1996-2000, dan menjadi hanya 5,1 persen pada pertengahan pertama tahun 2000an.

Namun pada triwulan ketiga tahun 2011, produksi perusahaan manufaktur berskala menengah dan besar mulai bangkit dan tumbuh 5,6 persen per tahun. Pertumbuhan nilai tambah riil terjadi relatif luas di mana pendorong utamanya adalah mesin dan suku cadang otomotif dengan kenaikan yang sangat pesat sebesar 29,8 persen per tahun, yang diikuti oleh sektor bahan kimia (19,8 persen).(G005)



 "Tiga keuntungan bangkitnya industri manufaktur"
 
Bank Dunia (ANTARA News/ist)
Jakarta - Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia akan mendapat tiga keuntungan dari industri manufaktur yang diperkirakan segera bangkit setelah mengalami periode resesi sejak krisis keuangan Asia 1998.
 
"Tiga keuntungan itu adalah pertumbuhan yang berkualitas, pekerjaan yang lebih layak, dan pengurangan kesenjangan gender," tulis laporan Bank Dunia berjudul "Mempercepat Laju: Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia" yang diluncurkan oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Stefan Koeberle, di Jakarta, Rabu.

Bank Dunia menulis, sektor manufaktur merupakan pendorong utama pertumbuhan yang berkualitas, cepat dan stabil bagi perekonomian secara keseluruhan.  Sektor itu dinilai lebih tahan terhadap volatilitas harga di pasar internasional (dibandingkan dengan komoditas mentah) sehingga semakin besar kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB), semakin stabil ekonomi suatu negara.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia pada 2010 lalu mencapai 25,7 persen, sudah lebih tinggi dibanding tahun 1990 sebelum krisis Asia yang hanya 20,6 persen.

"Sektor manufaktur juga berkaitan dengan kontribusi pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor-sektor tradisional karena ukuran relatifnya dan keterkaitannya di seluruh sektor perekonomian," tulis laporan itu.

Keuntungan kedua dari akan bangkitnya industri manufaktur Indonesia adalah pekerjaan yang lebih layak. Bank Dunia menulis bahwa tingkat produktivitas sektor manufaktur yang relatif lebih tinggi menyebabkan 69 persen lapangan pekerjaan di sektor manufaktur di Indonesia merupakan sektor formal dengan nilai upah tinggi.

Bank Dunia mencatat, upah sektor manufaktur untuk lulusan sekolah menengah naik dua kali lipat dalam 14 tahun dari Rp193.000 per bulan pada 1995 menjadi Rp376.000 pada 2009.

Bank Dunia memperkirakan dalam waktu 10 tahun mendatang, lulusan sekolah menengah akan mendominasi pasar tenaga kerja di Indonesia. Dengan upah yang semakin tinggi dari sektor manufaktur, standar hidup mereka juga diharapkan semakin meningkat.

Akan bangkitnya industri manufaktur menurut Bank Dunia juga akan berkontribusi pada semakin setaranya posisi perempuan dan laki-laki dalam ekonomi. Organisasi itu mencatat, 80 persen pekerja pada sektor manufaktur adalah perempuan.(G005)

© Antara

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More