blog-indonesia.com

Rabu, 08 Agustus 2012

IPB usulkan riset unggulan strategis nasional kedelai

Bogor (ANTARA News) - Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor Prof Yonny Koesmaryono mengusulkan riset unggulan strategis nasional tentang kedelai seperti yang sudah ada pada beras dan jagung.

"Rusnas dapat menjadi pijakan pemerintah untuk menjaga ketersediaan kedelai dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor," katanya di Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Ia mengemukakan bahwa dalam konsep ketahanan pangan, bila stok dalam negeri tidak ada, negara bisa mengimpor.

"Namun bila ternyata stok dunia juga terbatas, tidak ada artinya kita mempunyai devisa untuk mengimpor," katanya.

Menurut dia, kondisi seperti itulah yang terjadi saat ini, di mana Amerika Serikat sebagai produsen utama kedelai mengalami kekeringan, sehingga produksinya menurun.

"Sementara, permintaan kedelai dunia sangat besar. Kondisi ini menyebabkan harga kedelai naik," katanya.

Dengan adanya Rusnas kedelai, kata dia, diharapkan pemerintah mempunyai peta jelan untuk menuju swasembada kedelai.

Pada bagian lain, Yonny Koesmaryono juga menyatakan bahwa sebagai upaya mengantisipasi kelangkaan komoditas pangan nasional, termasuk kedelai karena keterbatasan lahan, ia mengusulkan tanah pertanian bebas pajak bumi dan bangunan (PBB).

"Sebagai upaya perlindungan konversi lahan pertanian untuk perumahan atau kegiatan komersial yang terus menerus terjadi, hendaknya pemerintah menaikkan PBB masyarakat yang mempunyai rumah lebih dari satu atau rumah bertujuan komersial," katanya.

Menurut dia, tidak dapat dipungkiri lahan pertanian kian hari kian sempit.

Kondisi itu menyebabkan produksi kedelai pun menurun. Sementara perluasan lahan pertanian subur tidaklah mudah dilakukan.

Lahan yang ada sekarang kebanyakan kurang subur seperti lahan di rawa, gambut, payau yang produktivitasnya kurang optimal, katanya.

Ia mengatakan, faktor rendahnya produktivitas kedelai selain karena kesuburan lahan juga disebabkan kondisi iklim.

Kedelai, kata dia, sebenarnya tanaman daerah beriklim subtropis. Di daerah asalnya, kedelai dapat berproduksi optimal yakni 5-7 ton per hektare.

Sementara di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia, tanaman kedelai hanya mampu berproduksi 1,5 ton per hektare.

Oleh karenanya, kata dia, perlu beberapa langkah untuk mendongkrak produksi kedelai di daerah tropis di antaranya pemuliaan tanaman, jaminan harga yang layak, perluasan lahan di luar Jawa, dan peta jalan swasembada kedelai.(A035/N002)

(Antara)

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More