Akademi Angkatan Laut (28/04/12),- Indonesia masih
belum mandiri dalam bidang pertahanan dan alat utama sistem senjata
(alutsista). Dengan berbekal keinginan yang kuat untuk mewujudkan
kedaulatan sistem pertahanan nasional, ITS melalui Konsorsium
Pengembangan Kapal Perang Nasional (KPKPN) menggagas pembuatan kapal
perang anti radar. Tak tanggung-tanggung, riset ini didanai pemerintah
senilai Rp 1,8 Miliar tiap Tahunnya. ITS tak bekerja sendiri, mengingat
riset ini adalah riset nasional, maka ITS dibantu oleh beberapa
perguruan tinggi negeri lain. Yaitu Akademi Angkatan Laut (AAL),
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia
(UI), Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Teknologi Bandung
(ITB).
Konsorsium ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang dilaksanakan Agustus 2011 lalu. Dari workshop
itulah ITS mengambil langkah lebih lanjut terkait penelitian kapal
perang tersebut. Termasuk pembuatan proposal untuk kemudian diajukan ke
pemerintah. ''Pembuatan proposal untuk konsorsium ini telah selesai
sejak akhir tahun 2011,'' ungkap Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, Ketua
KPKPN. Baru seteleh itu, digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari lalu.
Penggarapan kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja
berdasarkan bagian kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut
masing-masing menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard and Mission Requirement, auto pilot, steering control,
material untuk radar dan Combat Material System (CMS). Dari pembagian
tersebut, Mayor Laut (E) Oman Sukirman, M.T dari AAL berperan dalam
kegiatan Ship Standard and Mission Requirement serta pengumpulan data primer, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo dari UNS turut serta dalam pembuatan karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Prof Dr Ir Bondan Tiara Sofyan dari UI.
“Kapal yang banyak sekarang ini sebagian besar merupakan produk-produk
lama. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Indonesia terus menerus
bergantung pada negeri lain padahal potensi dalam negeri sangat besar”
papar Mayor Oman dalam paparan sesi ke-2 workshop di Nasdec (22/2).
Keunggulan kapal perang ini nantinya yaitu dibuat dengan material anti
radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur
Amerika. Konon wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,''
jelas Drs Mochamad Zainuri M.Si yang juga ditemui saat konferensi pers
diskusi ilmiah di Nasdec (22/2). Zainuri yang telah meneliti bahan anti
radar sejak tahun 2005 itu mengungkapkan bahwa material anti radar yang
digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini,
material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga
99 persen.
“Kerjasama penelitian dengan perguruan tinggi besar, tentu sangat
mengangkat bendera AAL dimata akademisi di seluruh Indonesia. Apalagi
kerjasama besar ini hanya melibatkan perguruan tinggi yang memiliki
peneliti-peneliti yang dianggap oleh Kementerian Ristek paling
berkompeten” kata Gubernur AAL Laksda TNI Agus Purwoto.
Jenderal berbintang dua ini menegaskan pula bahwa dirinya sangat
mendukung bentuk kerjasama ini apalagi bila melibatkan Kadet dan Dosen
AAL secara aktif. “Hal tersebut guna lebih meningkatkan kemampuan
analisis para Dosen AAL maupun Kadet, serta lebih menimbulkan kemauan
untuk mengembangkan Alutsista yang ada khususnya milik TNI AL” tegas
orang nomor satu di AAL ini. (bagpen AAL).
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.