blog-indonesia.com

Selasa, 29 November 2011

Kemenristek Buat Pengolahan Air Tenaga Surya

Alat ini nantinya dapat diterapkan di daerah pemukiman dan perkampungan.

Alat ini nantinya dapat diterapkan di daerah pemukiman dan perkampungan.

VIVAnews
- Persoalan air merupakan salah satu perhatian masyarakat dunia selain persoalan makanan dan energi. Terlebih, sistem sirkulasi air dapat terpengaruh oleh perubahan iklim maupun eksploitasi air yang tidak seimbang.

Seiring dengan meningkatnya penduduk dunia, air bersih juga semakin langka. Paradigma yang saat ini berkembang bukan hanya terkait persoalan efisiensi maupun penyimpanan air, tapi lebih kepada penggunaan air demi mencapai kemakmuran.

“Kita harus hati-hati sebelum kita kekurangan air,” kata Menristek Gusti Muhammad Hatta usai membuka The Sixth Open Science Meeting di Puspitek, Serpong Tangerang, 28 November 2011.

Gusti menyebutkan, kondisi air di Indonesia sendiri masih dihadapkan pada kualitas, meski secara kuantitas, beberapa daerah sudah mampu mencukupi kebutuhan akan air. “Kualitas air di Indoensia menurun, salah satunya adalah akibat industri,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Gusti, perlu pencegahan limbah produksi yang mengotori air. Selain itu, Gusti menyebutkan, sebelumnya, saat menjadi menteri Lingkungan Hidup, ia menargetkan mengurangi limbah industri yang mengalir ke perairan sampai 50 persen. Selain itu, ia juga sudah mewajibkan industri untuk melaksanakan tiga program wajib terkait dengan limbah industri.

Sedangkan untuk Kemenristek, jelasnya Gusti, pihaknya akan membuat serta meyediakan alat sederhana yang dapat diterapkan di daerah pemukiman dan perkampungan. “Kita akan sediakan alat yang bisa olah air dengan energi matahari,” katanya.

Gusti juga menyoroti kota besar seperti Jakarta. Menurutnya, jika penggunaaan air dengan penyedotan dari dalam tanah tidak diawasi, maka perilaku itu akan mengancam Jakarta. “Kalau Perda tidak dijalankan, air laut cepat naik ke daratan,” ujarnya.

Jakarta, menurut Gusti, masih dalam kategori rendah penyimpanan dan penyerapan air, karena idealnya 30 persen wilayah harus memenuhi RTH. Sayangnya, saat ini hanya 10 persen wilayah Jakarta yang berkategori RTH.

Untuk mencari solusi terhadap persoalan air, Kemenristek menggandeng Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences (KNAW) Belanda dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Pertemuan para peneliti dua negara ini akan mengangkat permasalahan air dari berbagai aspek yang meliputi sifat kimia, tingkat polusi, ketersediaan, maupun dampak sosial bagi masyarakat. (adi)



VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More