Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 21 delegasi asing dari negara Asia dan Afrika belajar robotika berbasis teknologi Android di kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya.

"Delegasi dari Kenya, Rwanda, Tanzania, Nepal, Palestina, Bangladesh, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam itu mengikuti pelatihan internasional selama hampir satu bulan," kata Direktur PENS ITS Ir Dadet Pramadihanto M.Eng PhD di Surabaya, Sabtu.

Ia menjelaskan para peserta belajar robotika setelah mendapatkan materi seputar "Industrial Automation" dalam program "The Third Country Training Program on Education for Computer Based Industrial Automation" selama hampir sebulan itu.

"Program pelatihan tahunan itu merupakan hasil kerja sama antara Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Sekretariat Negara yang diselenggarakan di PENS ITS. Tahun ini merupakan tahun ketiga dari tiga tahun penyelenggaraan pelatihan," katanya.

Menurut Dadet, pihaknya berpartisipasi dalam kerja sama selatan-selatan melalui penyelenggaraan pelatihan internasional itu sejak tahun 1993, karena itu kali ini merupakan Batch ke-5.

"Saya berharap dengan adanya pelatihan itu, peserta dapat mengimplementasikan ilmu yang mereka peroleh selama pelatihan, sekaligus mengembangkan hubungan multilateral melalui sharing teknologi antarpeserta," katanya.

Sementara itu, dosen Teknik Komputer PENS ITS, Adnan Rahmad Anom Besari, mengatakan pelatihan yang ditutup Konsul Jenderal Jepang dan staf Sekretariat Negara itu diakhiri dengan adu ketangkasan robotika di Hall PENS ITS (27/10).

"Acaranya menggabungkan antara device android dengan robot, yang salah satu aplikasinya sebagai controller. Peserta diberi waktu seminggu untuk melakukan pemrograman android dan robot, sehingga peserta berusaha mengendalikan robot menggunakan Samsung Galaxy Tab," katanya.

Menanggapi pelatihan dan lomba itu, peserta dari Nepal, Ambika Prasad Baral, mengaku pelatihan itu sangat bermanfaat bagi dirinya, mengingat teknologi android masih merupakan teknologi baru dan aplikasinya hanya sebatas pada "mobile phone."

Bahkan di Palestina teknologi ini masih belum dikenal. "Well, I`m loose. But it`s okay, I have a great time playing this," katanya.

Menurut Adnan Rahmad Anom Besari, peserta adu ketangkasan itu memperebutkan kenang-kenangan dari panitia berupa headset, MP3 Player, dan busana batik khas Indonesia sebagai persahabatan antarnegara.

"Kebanyakan peserta menikmati kegiatan selama pelatihan, mulai dari penyampaian materi, praktikum, kunjungan industri dan penyampaian laporan `action plan`," katanya.

Dalam "action plan" itu, masing-masing peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan ide dan rencana mereka seusai memperoleh ilmu dan pengalaman dalam kegiatan ini. (E011)