blog-indonesia.com

Selasa, 15 Maret 2011

Penyebar SMS Hoax 'Hujan Nuklir' Diancam Rp 1 Miliar

Jakarta - Aksi usil menyebarkan pesan berantai yang tak jelas juntrungannya alias hoax dengan memanfaatkan layanan telekomunikasi jangan dianggap sebagai hal sepele. Sebab, pidana penjara 6 tahun dan atau denda Rp 1 miliar siap mengancam.

Menurut Kepala Pusat Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S. Dewa Broto, ancaman hukuman ini bisa diberikan termasuk kepada pelaku penyebar SMS hoax 'hujan nuklir' yang tengah meresahkan belakangan ini.

Sebab menurut terminologi yang ada di pasal 1 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) disebutkan bahwa "Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya".

Nah, lanjut Gatot, penyebar SMS hoax 'hujan nuklir' tersebut bisa dianggap mendistribusikan informasi/berita bohong yang menyesatkan melalui layanan telekomunikasi sehingga dapat dijerat dengan Pasal 28 UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Pasal 28 tersebut, khususnya ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

"Adapun ancaman hukumannya tersebut pada Pasal 45 ayat (2) yang menyebutkan, bahwa setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000," jelas Gatot.

Jadi jangan anggap sepele melakukan aksi menyebar pesan dengan Yahoo Messenger, BlackBerry Messenger, dan corong jejaring sosial lainnya. Sebab, ada undang-undang yang berlaku untuk mengatur semua ini.

Gatot mengakui sulitnya untuk mencari siapa yang pertama menyebarkan pesan palsu tersebut. Namun bagi mereka yang menyebarkan dan ada yang merasa dirugikan lalu dilaporkan ke pihak berwajib, bisa saja diproses.

"Proses hukum untuk kasus ini memang panjang, tapi kan pemerintah juga tak mau dianggap melakukan pembiaran," tukasnya

Sebelumnya, ada pesan berantai yang menyebutkan adanya dampak radiasi yang berimbas ke Indonesia melalui curah hujan yang mengandung zat radioaktif yang membahayakan kesehatan masyarakat.

Padahal menurut informasi dari BATAN, radiasi yang keluar dari dua reaktor nuklir di Fukushima, Jepang tersebut berkonsentrasi rendah dan paling jauh terdistribusi pada radius 30 km (sebelumnya masih dalam radius 20 km), sehingga zat radioaktif tidak akan terbawa curah hujan sampai wilayah Indonesia.

"Untuk itu diimbau pada masyarakat untuk tidak turut membroadcast pesan/SMS tersebut ataupun melalui jejaring sosial," Gatot menandaskan( ash / fyk )


detikInet

Kominfo: Stop Pesan Hoax 'Hujan Nuklir' Jepang!

Jakarta - Belakangan, ranah pesan singkat Tanah Air diresahkan dengan beredarnya informasi hoax akan adanya hujan yang terkontaminasi nuklir akibat ledakan di dua reaktor nuklir di Fukushima, Jepang.

Banyak dari penerima pesan itu memang tak percaya begitu saja dengan kebenaran kabar tersebut, dan hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Namun agar isu tersebut tak semakin liar dan membuat panik masyarakat, ada baiknya peredarannya dihentikan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Kepala Pusat Informasi Gatot S. Dewa Broto menegaskan bahwa isu tersebut sudah meresahkan. Masyarakat pun diimbau untuk tidak cemas karena BATAN sudah melakukan antisipasi.

Isu tersebut di antaranya menyebutkan bahwa dampak radiasi tersebut akan berimbas ke Indonesia melalui curah hujan yang mengandung zat radioaktif yang membahayakan kesehatan masyarakat.

"Padahal menurut informasi dari BATAN, radiasi yang keluar dari dua reaktor tersebut berkonsentrasi rendah dan paling jauh terdistribusi pada radius 20 km dari reaktor nuklir tersebut, sehingga zat radioaktif tidak akan terbawa curah hujan sampai wilayah Indonesia," tukas Gatot, Selasa (15/3/2011).

Ia menambahkan, kewaspadaan terhadap kemungkinan radiasi memang penting dan juga menjadi hak asasi setiap orang untuk saling berkomunikasi secara bebas, sejauh tidak melanggar peraturan perundang-undangan.

"Untuk itu diimbau pada masyarakat untuk tidak turut membroadcast pesan/SMS tersebut ataupun melalui jejaring sosial," Gatot menandaskan.

Berikut adalah bunyi pesan palsu 'hujan nuklir' yang sempat diterima detikINET:

"Dari dokter Hardi W - Jakarta. Sudah masuk tv tadi: karena kmrn ada gempa dan tsunami, Ada ledakan nuklir 16:30 Minggu di Fukushima Jepang. Jika terjadi hujan hari ini atau dalam beberapa hari ke depan, JANGAN SAMPAI TERKENA HUJAN. Jika Anda harus keluar, gunakan payung atau jas hujan, bahkan jika hanya gerimis. Karena partikel radioaktif, yang dapat menyebabkan luka bakar atau kanker alopecia mungkin terkandung dalam hujan. tolong bantu broadcast,"( ash / fyk )


detikInet

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More