blog-indonesia.com

Senin, 06 Desember 2010

Teknologi dan Pendidikan soal Bencana Penting

Jakarta, Kompas - Pengembangan teknologi informasi ataupun pendidikan soal bencana penting untuk meminimalkan risiko, meningkatkan akurasi informasi bencana, ataupun meningkatkan efektivitas penanganan bencana. Penguatan kapasitas kelembagaan pemerintah juga menjadi kunci pengurangan risiko bencana ataupun penanganannya.

Direktur Pengurangan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, pengembangan teknologi informasi dan aplikasi komputer tentang bencana dibutuhkan untuk menghasilkan informasi bencana yang cepat dan akurat.

”Jika ada aplikasi komputer yang tepat, kejadian bencana di suatu daerah bisa diketahui dengan cepat. Kami, BNPB, membutuhkan aplikasi yang bisa cepat mengolah informasi bencana di mana pun, juga aplikasi pengolah data hasil perkiraan cepat sebagai dasar pengambilan kebijakan penanganan bencana,” kata Sutopo saat membuka Random Hacks of Kindness (RHOK) di Jakarta, Sabtu (4/12).

Aplikasi komputer juga diperlukan untuk mengolah berbagai data pemerintah menjadi informasi tingkat risiko bencana. Misalnya, tingkat risiko longsor atau risiko tsunami. Namun, teknologi informasi bukan satu-satunya penentu efektivitas pengurangan risiko dan penanganan bencana.

”Penanganan sejumlah bencana menunjukkan, kapasitas kelembagaan pemerintah untuk menangani bencana harus ditingkatkan, khususnya pemerintah daerah. Pendidikan soal bencana bagi tiap orang juga penting. Karena teknologi selalu memiliki keterbatasan. Sistem peringatan dini akan gagal jika tsunami datang lima menit setelah gempa. Masyarakat di daerah risiko bencana harus tahu cara menghadapi bencana di wilayahnya masing- masing,” kata Sutopo.

Enam aplikasi

Random Hacks of Kindness 2 adalah ”kompetisi 48 jam” para ahli perangkat lunak di 20 kota di dunia untuk membuat aplikasi komputer tentang bencana. Di Jakarta, RHOK 2 diikuti 17 ahli perangkat lunak, menghasilkan enam aplikasi tentang bencana.

Aplikasi terbaik adalah aplikasi disaster streaming (tampilan multimedia bencana dan pergerakannya) yang dibuat oleh Takdir dan Wa Ode Zuhayeni Madjida. Aplikasi itu memanfaatkan koneksi internet dari telepon genggam. ”Dengan menginstal aplikasi klien kami, setiap orang bisa mengirim data teks, foto, ataupun video dari lokasi bencana. Aplikasi klien kami juga memungkinkan orang di lokasi bencana menyiarkan tayangan langsung. Seluruh data yang dikirim akan ditampilkan dalam peta Google,” kata Takdir.

Aplikasi disaster streaming karya Didiet Noor, Ade Anom, dan Kristiono Setyadi menjadi aplikasi terbaik kedua. Aplikasi terbaik ketiga adalah Sistem Informasi Manajemen Bantuan (SIMBA) yang dikembangkan Sigit Dewanto, Welldan Bramantya, Muhammad Abdi, dan Tarcius Dimas. Seluruh aplikasi yang tercipta dalam RHOK merupakan aplikasi terbuka (opensource) yang bisa dikembangkan lebih lanjut oleh ahli perangkat lunak lainnya secara gratis. (ROW)


KOMPAS

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More