blog-indonesia.com

Rabu, 15 Desember 2010

Dalam Inovasi, Indonesia Masih "Lumayan"

Produk "Biodiesel Jelantah" karya Universitas Trisakti ambil bagian dalam Pameran National Innovation Contest (NIC) 2008, Senin (17/11), di Campus Center Institut Teknologi Bandung. Kegiatan ini menampilkan 20 karya inovasi mahasiswa di bidang energi terbarukan, teknologi tepat guna, dan ramah lingkungan.

JAKARTA, KOMPAS.com — Menguatnya daya saing bangsa selama beberapa tahun terakhir ternyata belum dibarengi dengan penguatan secara signifikan dalam hal inovasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Johannes Setijono, Presiden Komisaris PT Kalbe Farma.

"Dalam hal inovasi, Indonesia masih dalam posisi ke 77. Kita kalah dengan Singapura yang sudah berada di posisi atas, juga dengan Malaysia," kata Johannes dalam forum Seminar Indikator Iptek Indonesia yang diadakan hari Selasa (14/12/2010).

Meski demikian, ia mengungkapkan, "Kita masih lumayan jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan rendah. Kita ada di posisi keempat di antara negara-negara itu, di atas Filipina dan Vietnam."

Hal tersebut diungkapkannya ketika menanggapi hasil riset Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tentang kondisi terkini kegiatan litbang sektor industri manufaktur.

Dalam tanggapannya, ia mengungkapkan perlunya pengembangan kemampuan inovasi untuk perkembangan bangsa. Ia juga menekankan, indeks ilmu pengetahuan dan teknologi perlu melihat kegiatan inovasi, hal yang lebih luas dari litbang.

Berkaitan dengan kegiatan inovasi dan litbang di sektor industri manufaktur, Pappiptek mengungkapkan bahwa hingga saat ini masih sedikit perusahaan yang aktif dalam kegiatan litbang.

"Dari penelitian kami, dari sekitar 1.581 sampel, hanya 375 perusahaan saja yang melakukan kegiatan litbang," ungkap Nani Grace Simamora, peneliti Pappiptek. Alokasi dananya pun masih terbatas.

Sementara itu, sejumlah 20 persen dari perusahaan tersebut merupakan PMA yang melaksanakan riset di lokasi perusahaan induk di luar negeri. "Mereka juga memakai tenaga kerja dari sana," kata Nani.

Menilik tenaga kerja litbang dari Indonesia, Nani berkata, "Sebagian besar tenaga kerja di litbang manufaktur adalah lulusan SMK dan D-3." Umumnya, mereka berfungsi sebagai pelaksana riset, bukan perencana kegiatan litbang.

Pappiptek menilai, sebagian besar industri manufaktur di Indonesia tidak memerlukan kegiatan litbang karena hanya bersaing dengan sumber daya alam dan tenaga kerja yang bisa dibayar murah.


KOMPAS

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More