blog-indonesia.com

Senin, 08 November 2010

RI & Norwegia Kerjasama Perubahan Iklim

Kerjasama ini terkait pengurangan emisi gas dan penggundulan hutan.

Hutan (mangabay.com)

VIVAnews - Indonesia dan Norwegia sepakat untuk meningkatkan hubungan di bidang penanganan dampak perubahan iklim. Hal ini merupakan komitmen kedua negara untuk menjadi yang terdepan dalam bidang perubahan iklim.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa usai bertemu dengan Menlu Norwegia Jonas Gahr di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Jakarta, 8 November 2010.

Natalegawa mengatakan bahwa pertemuan antara kedua menlu menindaklanjuti Letter of Intent (LoI) antara pemerintah Indonesia dengan kerajaan Norwegia menyangkut kerjasama pengurangan emisi gas rumah kaca akibat penggundulan hutan.

LoI ini ditangatangani oleh Natalegawa dengan Menteri Lingkungan Hidup Norwegia, Erik Solheim, disaksikan oleh Presiden Yudhoyono dan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg pada 26 Mei 2010. Natalegawa mengatakan bahwa LoI ini juga telah disampaikan di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), September lalu.

“Dengan sosialisasi di PBB, maka Indonesia dan Norwegia menunjukkan kepemimpinannya di bidang perubahan iklim. Diharapkan hal ini dapat mendorong kerjasama serupa dengan negara-negara lain,” ujar Natalegawa.

Menlu Norwegia, Jonas Gahr, mengatakan bahwa salah satu kerjasama yang akan dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim adalah pengurangan emisi gas akibat penggundulan hutan dan mengatasi semakin menipisnya cadangan bahan bakar dunia dengan mencari energi terbarukan.

“Eksplorasi energi adalah inti dari kerjasama ekonomi dengan Norwegia,” ujar Gahr.

Dia mengatakan bahwa Norwegia telah menggunakan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang paling utama adalah hydro power atau pembangkit listrik tenaga air. Dia mengatakan bahwa Norwegia adalah negara nomor dua pengguna gas dan minyak bumi terbesar.

“Eksplorasi gas dan minyak bumi akan dilakukan bekerja sama dengan Indonesia. Contohnya untuk eksplorasi geothermal, kerjasama meliputi pengeboran dan pengumpulan data seismik,” kata Gahr.

Selain membahas masalah kerjasama perubahan iklim, kedua negara juga membahas kerjasama bilateral untuk penanganan masalah-masalah global, seperti pelucutan senjata, pencapaian MDG, dialog mengenai kesehatan global dan kebijakan luar negeri, serta kerjasama promosi dan perlindungan hak asasi manusia. (umi)


VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More