blog-indonesia.com

Jumat, 19 November 2010

Metana Batu Bara untuk Listrik

illustrasi

Penambangan batu bara masih mengabaikan pemanfaatan kandungan gas metana yang terjebak di dalamnya. Pembangkit listrik tenaga motor gas menjadi inovasi pemanfaatan gas metana batu bara. Gas metana adalah salah satu unsur gas rumah kaca dengan daya 21 kali lipat karbon dioksida.

”Harga listrik dari pembangkit listrik tenaga motor gas (PLTMG) juga murah, Rp 900 sampai Rp 1.000 per kilowatt jam,” kata Gatot Prawiro selaku Regional Executive Asia Pacific Jenbacher Gas Engines GE Energy, Kamis (18/11) di Jakarta.

Harga listrik PLTMG itu jauh lebih rendah jika dibandingkan listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Harga listrik dari PLTD yang berbahan bakar minyak diesel itu mencapai Rp 2.500 per kilowatt jam.

Dilema kerap dihadapi oleh masyarakat di sekitar tambang, termasuk tambang batu bara. Mereka saat ini justru mengalami kekurangan pasokan listrik. Batu bara tidak diprioritaskan untuk menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar tambang dalam mendapatkan listrik.

Bahkan, listrik yang diperoleh kerap dari PLTD berbahan bakar diesel yang jauh lebih mahal. Produk PLTMG dengan bahan bakar gas metana batu bara memberikan harapan lebih baik.

Motor gas

Gatot Prawiro berhasil membawa perusahaannya, GE Energy, mendukung realisasi pemanfaatan gas metana batu bara untuk memproduksi listrik. Perusahaan itu mendatangkan teknologi motor gas yang disebut Jenbacher dari Austria.

Menurut dia, saat ini sudah ada 21 proyek untuk realisasi PLTMG di Kalimantan Timur.

Ia mengatakan, proyek percontohan PLTMG sedang dikerjakan untuk memproduksi listrik 1 megawatt (MW) dari sumur gas metana di lokasi tambang batu bara Sangatta, Kalimantan Timur. Dijadwalkan, pada sekitar pertengahan 2011 nanti dapat segera beroperasi.

Teknologi motor gas Jenbacher mengurangi pelepasan gas metana batu bara ke atmosfer sampai 85 persen. Pengurangan emisinya berpotensi sebesar 30.000 ton setara karbon dioksida untuk setiap produksi listrik 1 MW selama satu tahun.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini terdapat potensi sumber daya metana batu bara (coal bed methane/CBM) sebesar 1.476 triliun meter kubik. Dibandingkan gas alam, gas metana terbakar dengan lebih efisien.

Potensi gas metana batu bara juga melampaui gas alam atau sekitar tiga kali lipat jumlah simpanan gas alam di Indonesia saat ini. Pemanfaatan gas metana batu bara ini dapat mengakhiri penggunaan bahan bakar diesel yang sekarang masih mencapai kapasitas 40 persen produksi listrik di Indonesia.

”Teknologi ini terutama menjawab tantangan kekurangan pasokan listrik di lokasi-lokasi sekitar tambang batu bara,” ujar Gatot.

Ia mencontohkan, di Sangatta sendiri saat ini pasokan listrik 6 MW-7 MW yang masih disuplai dari PLTD. Proyek percontohan PLTMG di Sangatta dengan gas metana batu bara hanya mampu mengurangi kapasitas produksi listrik 1 MW.

”PLTMG sebenarnya sudah diterapkan di wilayah perkotaan pula. Sumber gas metananya bisa diperoleh dari proses pembusukan sampah,” ungkap Gatot.

Menurut Gatot, pengelola tempat pembuangan akhir sampah di Bantargebang, Bekasi, sudah menerapkan teknologi Jenbacher ini untuk PLTMG. Selain itu, beberapa perkantoran dan mal di Jakarta juga sudah mengaplikasikan untuk pembangkit kapasitas kecil.

”Untuk pemanfaatan gas metana batu bara dalam skala tinggi yang mencapai hingga 1 MW baru pertama kali nanti di Sangatta,” kata Gatot.

Potensi gas metana batu bara 1.476 triliun meter kubik ini mampu melampaui kandungan minyak bumi, batu bara, dan gas alam yang masih tersimpan. Potensi minyak bumi masih tersimpan mencapai 7,99 miliar barrel untuk rasio cadangan selama 23 tahun. Batu bara masih tersimpan 20,98 miliar ton untuk rasio cadangan 83 tahun.

Gatot mengatakan, metana batu bara merupakan cadangan energi bersih untuk masa depan. Pemanfaatannya membutuhkan regulasi baru.

”Eksploitasi gas metana tidak dapat disamakan dengan gas alam. Eksploitasi gas alam sudah memiliki ketentuan produksi tersendiri,” kata Gatot.

Langsung pakai

Produksi gas metana batu bara seperti halnya gas alam. Ia diproduksi melalui pengeboran. Letak perbedaannya, pada setiap pengeboran gas alam eksploitasinya bisa ditunda. Sedangkan pada gas metana setelah berhasil dibor harus langsung dipakai.

”Gas alam bisa dipertahankan selama sumur bornya ditutup, sedangkan sumur bor pada gas metana jika ditutup, sumurnya akan rusak dan gas metana terbuang percuma,” ujar Gatot.

Penundaan eksploitasi gas alam pada setiap sumur bor biasanya dilakukan untuk mencapai jumlah efisiensi produksi. Jumlah penundaannya bisa mencapai puluhan sumur bor sampai diperoleh titik ekonomis untuk pendistribusiannya.

Gas metana batu bara atau coal bed methane memang bukan energi terbarukan. Namun, ini tergolong energi bersih yang selama ini masih tersia-siakan.

Gatot mengakui, eksploitasi gas metana batu bara dikritisi oleh berbagai aktivis lingkungan. Ini disebabkan cara eksploitasinya yang harus menguras kandungan air di dalam tanah yang menyimpan batu bara.

”Gas metana batu bara yang tersimpan di dalam tanah itu terhadang oleh kandungan air sehingga cara eksploitasinya selalu dengan menguras air untuk kemudian memperoleh gasnya,” kata Gatot.

Air yang berhasil disedot tentu pula tidak ramah lingkungan. Menurut Gatot, kandungan air yang akan dibuang harus mendapat perlakuan tertentu. Misalnya, ditempuh hal untuk menyesuaikan derajat keasamannya sehingga tidak mencemari lingkungan.

Bagi usaha pertambangan batu bara tertutup atau dengan cara membuat terowongan, eksploitasinya bisa dilakukan dengan menangkap gas metana yang dialirkan melalui ventilasi. Namun, tambang batu bara di Indonesia jarang dilakukan secara tertutup. Penambangan batu bara di Indonesia lazimnya dilakukan dengan mengupas lapisan tanah di atasnya yang kedalamannya bisa mencapai ratusan meter. Lapisan batu bara kemudian dikeruk.

Alhasil, tanpa eksploitasi gas metana melalui pengeboran terlebih dahulu, penambangan batu bara secara terbuka sama saja dengan melepas gas metana ke alam begitu saja.[Nawa Tunggal]


KOMPAS

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More