blog-indonesia.com

Senin, 01 November 2010

Petani Lampung Selatan Gunakan Pupuk Organik, Hasilnya Signifikan

Kalianda, Lampung Selatan (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Lampung Selatan menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan produksi padi pada musim tanam tahun ini.

Petani di Desa Tamanbaru, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, Mursidi, Senin mengatakan, dengan menggunakan pupuk organik cair panen meningkat signifikan dibandingkan dengan sebelumnya.

Menurutnya, dengan menggunakan pupuk organik cair membutuhkan masa tanam hingga panen lebih cepat selama 75 hari sedangkan sebelumnya selama 85 sampai 100 hari secara serentak.

"Petani yang menggunakan pupuk organik cair panen lebih awal dibandingkan dengan petani lain," kata dia.

Penggunaan pupuk ini, kata dia hanya menyemprotkan ke bagian batang tanaman dan dapat juga berfungsi sebagai pupuk daun.

Hal senada juga di katakan oleh petani setempat Sukarman, penggunaan pupuk organik cair tersebut telah menjadi andalan petani dalam meningkatkan produksi padi.

"Harga pupuk organik cair lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia yang terkadang sulit didapatkan petani," kata dia.

Pupuk tersebut, kata dia, membuat pertumbuhan rumpun padi lebih banyak, batang lebih besar dan bulir padi lebih meningkat dibandingkan dengan sebelumnya.

Dia mengatakan, produksi padi dari enam ton menjadi delapan ton per hektare dalam bentuk gabah kering panen (GKP).

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kabupaten Lampung Selatan, Muverdi CH, mengatakan, stok gabah di Kabupaten Lampung Selatan bertambah sehubungan panen raya padi tengah berlangsung di daerah tersebut.

Ia menyebutkan panen raya padi tengah berlangsung di sejumlah kecamatan sentra penghasil padi, seperti Kecamatan Kalianda, Rajabasa, Ketapang, Penengahan, Palas, Bakauheni dan Sragi.

Menurutnya, daerah itu merupakan daerah paling subur dan andalan produksi padi menjadi andalan karena tidak pernah kekurangan pasokan air yang berasal dari kawasan pegunungan Rajabasa.

"Lahan pertanian kecamatan tersebut tidak pernah mengenal panen gadu (kering) atau panen rendeng (basah), karena pasokan air selalu mencukupi dan hanya tinggal membangun sistem irigasi yang memadai untuk petani," ujar dia. (ANT-048/K004)



ANTARAnews

1 komentar:

MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM KETIKA PANEN TIBA
Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.
Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.
System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) sejak tahun 2005 adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.
Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.
Kami tawarkan solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani kita, yaitu:
BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB LENGKAP AVRON / SO” + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+ ).
Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.

Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.
AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?
CATATAN: Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.
Semoga Indonesia sehat canangan Kementerian Kesehatan dapat segera tercapai.
Terimakasih,
Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More